Gadis yang biasa disapa Ulfa tersebut berhasil membuktikan bahwa ia bisa bersaing dengan lulusan lainnya, meskipun hanya berasal dari keluarga yang sederhana.
Anak dari pasangan Bapak Muhlasin dan Ibu Masruroh ini tidak hanya bisa menembus Pascasarjana FEB UGM, tetapi juga bisa bersaing dan berhasil memperoleh beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan).
"Pada awalnya saya ingin menjadi dokter. Tapi karena keterbatasan biaya, orang tua ingin saya meneruskan pendidikan pada jenjang SMK dengan harapan setelah lulus bisa langsung bekerja," kata Ulfa melalui keterangan di Jakarta, Kamis.
Ulfa yang dahulu mempelajari Akuntansi di SMKN 3 Jepara itu menjadi tertarik dengan bidang tersebut, sehingga memperkuat keinginannya untuk melanjutkan pendidikan di bidang ini.
Karena keterbatasan finansial dan kebutuhan untuk menyekolahkan adiknya, pada awalnya orang tua Ulfa menolak untuk menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi, namun pada akhirnya Ulfa meyakinkan orang tuanya bahwa pendidikan tinggi akan memberinya peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan membantu keluarga pada masa depan.
Berkat ketekunan dan prestasi yang ia capai selama di SMK, Ulfa berhasil masuk program S-1 Akuntansi di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Jateng, melalui jalur prestasi dan memperoleh beasiswa Bidikmisi (sekarang namanya Kartu Indonesia Pintar-Kuliah/KIP Kuliah).
Meskipun menghadapi cemoohan dari tetangga yang meremehkan kondisi ekonominya, Ulfa tidak menyerah. Justru sebaliknya, cemoohan tersebut menjadi pendorong baginya untuk membuktikan bahwa anak dari keluarga kurang mampu pun bisa berprestasi tinggi.
Pengalaman dan ilmu yang didapatkan Ulfa selama di SMK sangat membantu di bangku kuliah, terutama pada semester awal. Ulfa sering ditunjuk oleh dosen untuk memimpin kelompok belajar, karena pengetahuannya yang sudah terasah sejak SMK.
"Pengalaman ini sangat membantu ketika saya melanjutkan ke jenjang S-1, karena banyak mata kuliah dasar yang sudah saya pelajari sebelumnya," ungkap gadis kelahiran tahun 1998 tersebut.
Kemudian Ulfa melanjutkan studinya ke jenjang magister di UGM berkat beasiswa LPDP. Selama perkuliahan Ulfa tidak hanya berfokus pada studi, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kompetisi, serta bekerja paruh waktu memberikan les untuk anak-anak.
Hal ini membuatnya tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kemampuan kepemimpinan dan jaringan yang luas.
Hal ini membuatnya tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kemampuan kepemimpinan dan jaringan yang luas.
Kini Ulfa telah menyelesaikan studi magister di UGM dengan waktu 1 tahun 10 bulan 24 hari dan meraih IPK 3,89. Kesuksesan ini menjadi pencapaian besar dalam hidup Ulfa dan membanggakan kedua orang tuanya yang dulunya tidak pernah membayangkan putri sulungnya bisa mengenyam pendidikan tinggi.
Saat ini Ulfa bekerja di perusahaan konsultan bidang teknologi informasi di Yogyakarta. Ke depan ia masih berkeinginan kuat untuk melanjutkan studi ke jenjang S-3 dan menjadi dosen untuk berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Kisah Ulfa adalah bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang untuk meraih prestasi tinggi. Dengan semangat, ketekunan, dan dukungan yang tepat, setiap orang memiliki kesempatan untuk mencapai mimpinya.
"Tidak ada cita-cita yang terlalu tinggi, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan. Karenanya jika cita-cita belum tercapai, tinggikan usaha dan doa untuk meraihnya. Kalau yang lain bisa, kita anak SMK juga bisa," kata Ulfa.