Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu optimalisasi kerja sama antar daerah terkait penyediaan komoditas pokok guna mengendalikan inflasi agar masuk dalam rentang target nasional.
"Kami juga menekankan pentingnya TPID kabupaten-kota untuk menjalin kerja sama dengan daerah dari provinsi tetangga. Sebagai contoh, TPID Kabupaten Mukomuko telah bekerja sama dalam hal penyediaan pasokan sembako dengan daerah di Sumatera Barat," kata Kepala Biro Ekonomi Provinsi Hafni Khaidir di Bengkulu, Selasa.
Pemerintah provinsi, kabupaten dan kota di Bengkulu juga terus menjalin kerja sama dengan daerah-daerah sentra penghasil komoditas pokok.
Hal tersebut, guna memenuhi komoditas pokok provinsi berjuluk Bumi Rafflesia tersebut mesti membangun kerja sama dengan sejumlah daerah penghasil beras, bawang merah, cabai dan produk bahan pangan lainnya.
Misalnya, TPID juga akan mengoptimalkan kerja sama dengan Brebes untuk memastikan ketersediaan dan kecukupan bawang merah di pasar tradisional Bengkulu.
TPID Provinsi Bengkulu terus memastikan proses dan jalur distribusi bawang merah sampai ke Bengkulu tidak mengalami gangguan yang menyebabkan biaya distribusi meningkat.
Kerja sama antar kabupaten dan kota di Provinsi Bengkulu juga terus ditingkatkan dalam membangun klaster komoditas pokok saling menyediakan dan menjaga distribusi tetap lancar.
Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu Isnan Fajri menyatakan pemerintah daerah terus fokus menjaga angka inflasi tidak mengalami kenaikan yang bisa membebani masyarakat.
Berbagai langkah strategis yang telah dilakukan, seperti kerja sama antar daerah terkait penyediaan komoditas pokok, maupun program pasar sembako murah terintegrasi. Hal itu kata Isnan diharapkan dapat menurunkan angka inflasi daerah.
Inflasi Bengkulu pada Juni 2024 memang mengalami perlambatan 0,04 persen (mtm), atau menunjukkan tren deflasi. Namun, kalau melihat angka tahunan, inflasi Bengkulu sedikit berbeda di atas rentang target nasional yang mematok inflasi pada 2,5 plus minus 1 persen (yoy).
Sedangkan, inflasi Bengkulu pada Juni 2024 berada pada level 3,64 persen (yoy). Kelompok makanan, minuman, dan tembakau dicatat memberikan andil inflasi sebesar 2,38 persen dengan komunitas penyumbang inflasi pada kelompok tersebut yakni cabai merah serta beras.
"Harapan kami, mulai 1 Agustus nanti, angka inflasi Bengkulu dapat menurun. Kami juga mencatat bahwa harga beberapa sembako penyumbang inflasi tinggi, seperti bawang dan cabai, sudah mulai normal kembali dalam beberapa hari terakhir," ujar Sekda Isnan.