Garuda berpeluang besar berjaya di Bahrain
Rabu, 9 Oktober 2024 23:20 WIB 1018
Jika Marselino Ferdinan cs berkapitalisasi 24,53 juta euro, maka Bahrain bernilai 9,1 juta euro, sedangkan China pada 9,03 juta euro. Dalam kata lain, "nilai" skuad kedua tim itu jauh di bawah Indonesia.
Semoga saja itu menjadi petunjuk untuk lebih baiknya skuad Garuda dibandingkan dengan Bahrain, dan China yang akan menjamu Garuda pada 15 Oktober.
Kabar baiknya, nilai pasar acap berkorelasi dengan kualitas tim yang akhirnya berkaitan dengan hasil pertandingan. Sukses Garuda mengimbangi Saudi dan Australia adalah bukti awal untuk itu.
Dari laga melawan Saudi dan Australia itu, ada bukti kuat bahwa teknik dan mental Garuda semakin bagus. Mereka juga semakin padu dan terbiasa bermain sebagai tim.
Aspek seperti itu bisa menjadi kunci Garuda dalam menghasilkan hasil positif.
Kini, tinggal bagaimana Shin Tae-yong meracik timnya. Apakah tetap setia memasang tiga bek tengah dan Rafael Struic sebagai ujung tombak tunggal dalam pola 5-4-1, atau perlu modifikasi lain?
Pertanyaan serupa menyelimuti diri pelatih Bahrain "the Dilmun's Warriors", Dragan Talajic.
Apakah dia tetap memasang 4-4-2 yang menempatkan Mahdi Abduljabbar dan Kamil Al Aswad sebagai ujung tombak kembar, atau menempatkan tiga bek tengah dan empat gelandang dalam formasi 3-4-3 ketika melumat Yaman yang berperingkat rendah seperti Indonesia.
Tetapi itu akan salah besar jika Talajic menganggap Indonesia serendah itu, apalagi menyamakan skuad Garuda saat ini dengan tim yang dibantai Bahrain 10 gol tanpa balas 12 tahun lalu.
Sebaliknya, Talajic akan mendapati timnya menghadapi tim yang sulit sekali dibobol, tidak saja karena Garuda memiliki kiper setangguh Marteen Paes, tapi juga oleh tim pertahanan yang solid di bawah kepemimpinan Jay Idzes.
Bayangkan, dari 37 peluang yang sembilan di antaranya tepat sasaran yang dibuat Saudi dan Australia, hanya satu yang berbuah gol. Padahal, Australia dan Saudi memiliki penyerang-penyerang yang jauh lebih berbahaya dan berpengalaman ketimbang yang dimiliki Bahrain.
Oleh karena itu, tak berlebihan jika mengatakan Indonesia akan lebih menyulitkan Bahrain ketimbang Indonesia yang disulitkan oleh Bahrain.