Bengkulu (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Provinsi Bengkulu kembali mengalami deflasi di Maret 2025 yang dicatat pada angka 0,22 persen yoy (tahun ke tahun) didorong oleh kebijakan pemerintah, diskon tarif listrik.
"Deflasi di Provinsi Bengkulu terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya beberapa indeks harga kelompok pengeluaran. Diskon tarif listrik memang memberikan dampak signifikan membentuk deflasi Bengkulu,” kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu Win Rizal di Bengkulu, Selasa.
Dia mengatakan pada Februari deflasi Bengkulu dicatat pada 1,26 persen. Kemudian pada Maret 2025 ini turun ke 0,22 persen.
Angka deflasi Bengkulu pada Maret tidak sebesar Februari 2025 karena diskon tarif listrik yang diwujudkan pemerintah telah berakhir pada Februari.
"Namun masih mengalami deflasi karena untuk pelanggan listrik pascabayar, diskon tarif yang Januari dan Februari baru tercatat pada Maret dan April," kata Win Rizal.
Kelompok pengeluaran yang menjadi penyumbang deflasi tertinggi, yakni kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 5,34 persen.
Kemudian, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,73 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,73 persen, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,41 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yaitu, kelompok pakaian dan alas kaki 1,19 persen, kelompok kesehatan 3,35 persen, kelompok transportasi 0,91 persen, kelompok rekreasi,
Berikutnya kelompok olahraga, dan budaya 0,12 persen, kelompok pendidikan 1,91 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 1,98 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 6,53 persen.