Rejang Lebong (Antara) - Produksi buah kolang-kaling atau "beluluk" yang dihasilkan kalangan petani aren di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut keterangan Reno (28) salah seorang pengupas beluluk yang ada di kawasan Simpang Poak, Kecamatan Curup Tengah, Senin, buah aren yang biasanya dijadikan kolak atau campuran es untuk berbuka puasa itu saat ini produksinya sangat terbatas.
"Buahnya saat ini sedikit, walaupun di batangnya nampak banyak namun tidak bisa diambil karena umurnya kurang atau ada juga yang umurnya sudah lewat. Akibatnya harga jual buah ini mengalami kenaikan hingga mencapai Rp7.000 per kg," katanya.
Buah beluluk itu sendiri tambah dia, baru bisa dipanen setiap dua tahun sekali, jadi kalau saat bulan puasa buahnya belum bisa dipanen misalnya terlalu muda atau umurnya sudah lewat maka buahnya tidak bisa dipanen. Jika buahnya terlalu muda, maka saat direbus dan kupas buahnya akan pecah. Sebaliknya terlalu tua, maka buah yang mirip dengan batu akik ini tidak bisa dikonsumsi karena teksturnya keras.
Dirinya sendiri terhitung sejak dua minggu sebelum bulan puasa Ramadhan dan sampai hari kedua bulan puasa sudah menghabiskan tujuh tandan buah beluluk atau sudah menghasilkan sekitar 14 kaleng buah beluluk yang jika ditotalkan mencapai 220 kg.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya sepanjang jalan Simpang Poak kata dia, banyak yang mengupas dan menjual buah beluluk tetapi tahun ini cuma ada satu dua orang saja. Sulitnya mencari buah yang akan dikupas memaksa mereka berkeliling membelinya dari pemilik pohon aren, karena tanaman yang ada di kebun mereka tidak bisa dipanen karena umurnya masih muda.
"Pertandannya buah ini dijual petani Rp15.000 sampai Rp30.000 tergantung besar kecilnya tandan buah," ujarnya.
Sementara itu Mariam (50) pedagang penampung kolang-kaling yang ada di kawasan Simpang Poak, mengatakan jika pada tahun lalu dirinya pada minggu pertama bulan puasa bisa mengirim hingga 4 ton buah beluluk, namun saat ini dirinya baru bisa mengumpulkan buahnya dari perajin sekitar 1,5 ton.
"Baru sekitar 1,5 ton, kalau tahun sebelumnya bisa sampai 4 ton. Buah ini permintaan dari pembeli yang ada di Jambi, Kota Bengkulu, Lubuklinggau dan Palembang. Permintaan kolang-kaling ini biasanya cuma sampai tanggal 20 Ramadhan, setelah itu terus berkurang karena sudah mendekati lebaran," katanya.***3***
Produksi Kolang-Kaling Asal Rejang Lebong Berkurang
Senin, 29 Mei 2017 20:52 WIB 3004