Hari batik nasional jadi peruntungan bagi penjual batik basurek
Selasa, 2 Oktober 2012 14:41 WIB 3112
Kain basurek merupakan hasil budaya turun temurun oleh para leluhur terdahulu di kalangan masyarakat Bengkulu..."
Bengkulu, (ANTARA Bengkulu) - Hari Batik Nasional menjadi peruntungan tersendiri bagi penjual batik "Basurek" di Bengkulu.
Antusiasme pembeli kian tinggi apalagi dengan ditetapkannya tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, diakui para penggiat batik khas Bengkulu itu turut mendongkrak pendapatannya.
Dengan tingginya permintaan, dampak positifnya yakni turut pula menghidupkan usaha batik yang juga menanamkan nilai budaya Bengkulu.
Kain basurek merupakan hasil budaya turun temurun oleh para leluhur terdahulu di kalangan masyarakat Bengkulu. Kain basurek atau batik kain basurek pada hakekatnya bermotif huruf kaligrafi bertuliskan huruf gundul,tidak hanya itu, motif yang paling menonjol adalah bunga rafflesia salah satu ciri khas Bengkulu.
Adapun yang pertama mempelopori kegiatan pembuatan kain basurek adalah Nyonya Asyiya sang penggerak bagi para pengrajin di Bengkulu.
Ia mengembangkan sehingga memiliki ragam yang akhirnya bernilai jual.
Salah seorang penjual batik kain basurek, Citra mengatakan, awalnya kain basurek memiliki beberapa motif khusus yaitu motif kaligrafi, pohon hayat,rembulan, namun seiring berjalannya waktu motif tersebut mulai mengalami perubahan sesuai keinginan konsumen.
"Contohnya saja motif kaligrafi digabungkan dengan motif kupu-kupu. Dahulu motif-motif lama hanya diperuntukan bagi kaum adat dan penjabat,maka dari itu untuk mencakup semua golongan strategi seperti inilah salah satu upaya untuk meningkatkan penjualan†ujar dia, penjual batik kain basurek Limura Kota Bengkulu.
Sementara itu, dari segi pembuatan, kain basurek memiliki tiga teknik. Pertama printing dengan menggunakan teknologi mesin untuk hasil produksinya. Karena dari segi produksi tergolong besar dan hanya bisa dilakukan di Jawa, saat ini Bengkulu masih belum mampu untuk menggunakan teknologi tersebut.
Kedua, metode cap dan bisa dilakukan di rumah produksi sendiri, serta yang terakhir adalah buatan tangan.
"Kalau buatan tangan harganya lumayan mahal, karena proses pembuatannya yang memakan waktu lama serta lebih rumit," kata dia.
Citra menambahkan bila rumah produksinya hanya memiliki tiga tenaga ahli, dan menurut informasi di Bengkulu saat ini hanya ada dua tempat yang memiliki fasilitas pembuatan batik yaitu di Limura dan Bens Collection.
Terkait harga, ia mengatakan berkisar Rp25.000-Rp700.000, sesuai dengan kerumitan motif, pewarnaan dan teknik pembuatannya.
Dalam sebulan ia mampu mendapatkan penghasilan sekitar Rp10 juta.
Namun, terkadang lebih kecil dari itu seperti saat musim kemarau saat ini karena tidak adanya air yang berfungsi cukup penting untuk meluruhkan lilin dari kain.
Guna menjaga kualitas jahitan, ia pun mengakui menggunakan konveksi di luar Bengkulu sehingga harganya sedikit lebih mahal tetapi minat masyarakat tetap tinggi untuk memilikinya.
Seorang pembeli, Ny Indah mengatakan, kain basurek memiliki kualitas bagus dengan dasar kain katun yang halus, tidak panas ketika dipakai.
"Soal harga itu urusan selanjutnya asalkan cocok dan enak dikenakan di badan," kata dia. (mg-am)