Bengkulu (Antara Bengkulu) - Peneliti dari Pusat Studi Bencana Universitas Muhammadiyah Bengkulu Sunaryadi mengatakan perlu pengembangan penelitian pangan alternatif bagi masyarakat di Pulau Enggano, sebab daerah itu rawan bencana gempa bumi dan tsunami.
"Kami sudah mengidentifikasi beberapa tanaman pangan yang dapat dikembangkan di Pulau Enggano sebagai pangan alternatif, tapi penelitian kami masih terbatas, perlu dikembangkan," katanya di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan hal itu usai mengikuti seminar sosialisasi kerja sama negara-negara ASEAN dalam penanggulangan bencana yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri.
Hasil identifikasi, kata dia, terdapat keanekaragaman pangan yang tinggi di Pulau Enggano.
"Jenisnya dulu banyak dan tumbuh banyak juga tapi sekarang semakin menyusut dan tidak dikembangkan masyarakat setempat," katanya.
Ia mencontohkan pohon sukun yang sebelumnya banyak dikembangkan di Enggano saat ini populasinya terus menyusut.
Demikian juga dengan jenis pangan alternatif lainnya yang dapat dikembangkan di pulau terluar yang dihuni lebih 2.000 jiwa penduduk itu.
"Seperti berbagai macam umbi-umbian, pisang, kelapa dan lainnya dapat tumbuh baik dan sangat perlu dikembangkan," katanya.
Kondisi geografis membuat mitigasi bencana di bidang logistik sangat dibutuhkan sebab distribusi kebutuhan warga, termasuk bahan pangan ke Pulau Enggano sangat tergantung kondisi cuaca.
Apalagi saat ini satu-satunya alat transportasi untuk menjangkau Pulau Enggano hanya melalui jalur laut.
"Persediaan logistik masyarakat di pulau itu harus tetap tersedia sebagai bentuk kesiapsiagaan karena untuk mengirim mie dan makanan instan lainnya tergantung cuaca," katanya.
Sunaryadi mengharapkan penelitian awal dari Pusat Studi Bencana UMB lewat Program Kegiatan Mahasiswa (PKM) itu dapat dilanjutkan oleh pihak-pihak terkait.
Menurut dia, UMB siap terlibat penuh dalam penelitian dan pengembangan lanjutan.
Selain penelitian dan identifikasi tentang pangan alternatif, ia mengatakan Pusat Studi Bencana UMB juga sudah membuat modul bagi mahasiswa yang akan memasuki masa kuliah kerja nyata di wilayah-wilayah rawan bencana.
"Kami mengharapkan pemerintah daerah dapat mendukung kegiatan ini, terutama dalam pendanaan sebab hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi masyarakat, terutama di desa-desa rawan bencana," katanya.
Menanggapi hal ini Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu Kolendri mengatakan KKN bagi mahasiswa di wilayah-wilayah rawan bencana sangat positif.
"Minimal mereka bisa mendampingi warga desa untuk membuat peta desa berbasis mitigasi bencana," katanya.
Ide tentang pelibatan mahasiswa dalam pendidikan tentang kebencanaan dan mitigasi bencana tersebut akan ditindaklanjuti, katanya.
Peneliti : perlu pengembangan pangan alternatif di Enggano
Selasa, 26 Maret 2013 16:36 WIB 1229