Semarang, (Antara) - Puluhan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 7 Semarang diduga keracunan nasi kardus yang dibagikan sebagai konsumsi saat sosialisasi kurikulum baru di sekolah tersebut.
"Kejadiannya berawal dari konsumsi berupa nasi kardus yang dibagikan kepada siswa saat sosialisasi kurikulum baru, Jumat (22/11) lalu," kata Kepala SMK Negeri 7 Semarang M Sudarmanto di Semarang, Minggu.
Menurut dia, seluruh siswa kelas X yang menjadi peserta sosialisasi beserta guru saat itu dipesankan nasi kardus dari sebuah katering di Semarang, dan pada awalnya memang tidak merasakan gejala apa pun.
Saat Jumat (22/11) malam, ia mengaku diberi kabar dari guru bahwa ada siswa yang masuk rumah sakit, tetapi dianggapnya hal yang wajar dan belum sampai berpikir kalau akibat mengonsumsi nasi kotak itu.
"Saya berpikir 'wong' hanya satu-dua siswa masuk RS mungkin biasa. Kemudian, siswa kelas X berlanjut mengikuti kegiatan perkemahan sabtu-minggu (23-24/11). Sabtu (23/11), dilaporkan banyak siswa absen," katanya.
Sudarmanto kemudian juga mendapatkan laporan banyak siswa yang ikut persami juga mengeluhkan sakit perut, mual, dan pusing sehingga langsung dirujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan yang intensif.
"Dari 612 siswa kelas X yang ikut kegiatan, ada sekitar 80-90 siswa yang mengeluhkan sakit perut dan dirujuk ke RS. Pertama, dibawa ke RS Panti Wilasa Citarum, tetapi kemudian dirujuk ke RS Roemani Semarang," katanya.
Ia menyebutkan ada lima siswa yang perlu dirawat inap dan sempat ada satu siswa di antaranya yang kondisinya cukup kritis dan masuk ruang intensive care unit (ICU), tetapi saat ini kondisinya membaik.
"Langsung saya putuskan menghentikan kegiatan persami pada Sabtu (23/11) lalu, padahal harusnya baru selesai hari ini. Saya khawatir karena banyak siswa yang mengeluh sakit, takut kenapa-kenapa," katanya.
Dari pihak katering, ia mengakui sudah melakukan klarifikasi kepada sekolah dan siap menanggung seluruh biaya perawatan siswa di RS, termasuk penyediaan armada untuk membawa siswa yang sakit ke RS.
"Kami juga sudah bicara dengan orang tua, kemudian dengan Dinas Pendidikan Kota Semarang. Diminta segera diselesaikan secara baik. Dari pihak katering juga sudah menyatakan siap bertanggung jawab," katanya.
Sudarmanto mengakui bahwa katering yang diordes nasi kardus untuk keperluan konsumsi sosialisasi kurikulum itu juga bukan langganan sekolah, tetapi termasuk katering baru yang menawarkan promosi ke sekolah.
"Waktu promosi kan diberikan sampel nasi kardusnya, saya dan sejumlah guru juga makan. Ya, kemudian disepakati order, tidak sampai berpikir jadi begini," katanya, tanpa menyebutkan perusahaan katering yang dimaksud. ***2***