Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Ratusan warga, Rabu, memadati pesisir Pantai Pasar Bengkulu, Kota Bengkulu, untuk mengumpulkan limbah batu bara yang hanyut dari Sungai Bengkulu hingga ke laut lepas.
Pemandangan ratusan warga dengan jaring halus untuk mengumpulkan limbah batu bara itu telah berlangsung dalam dua pekan terakhir, sejak cuaca buruk melanda perairan Bengkulu.
"Kalau angin barat berhembus memang membawa sampah ke darat, termasuk limbah batu bara, makanya pengumpul limbah beralih ke pantai Pasar Bengkulu," kata Andi Apriansyah, salah seorang pengumpul limbah batu bara saat ditemui di Pantai Pasar Bengkulu.
Warga Desa Pasar Pedati Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah, yang berbatasan dengan Kota Bengkulu ini mengatakan sudah dua pekan melakukan pengumpulan limbah, khusus di Pantai Pasar Bengkulu.
Menurutnya, keberadaan limbah batu bara sangat tergantung pada kondisi cuaca, terutama pergantian angin Barat dan angin Selatan.
"Kalau angin Selatan yang berhembus, biasanya pantai bersih, limbah sama sekali tidak ada, jadi kami mengambil limbah di sungai Bengkulu sampai ke muara," katanya.
Andi yang melakukan pengumpulan limbah tanpa bantuan anggota keluarnya mampu mengumpulkan delapan karung dengan rata-rata 70 kilogram per hari yang dijual Rp12 ribu per karung.
Pengumpul lainnya Aladin, warga Kelurahan Pasar Berkas Kota Bengkulu mengatakan sudah empat tahun menjadi pengumpul limbah batu bara dengan lokasi yang berpindah-pindah.
"Kalau cuaca buruk biasanya limbah muncul di pantai seperti sekarang ini, ratusan pengumpul akan memadati Pantai Pasar Bengkulu," katanya.
Ayah tiga anak ini mengatakan, jika tidak ada limbah yang terbawa arus ke daratan, ia akan melaut dengan perahu tradisional berpenghasilan rata-rata Rp50 ribu per hari.
Namun, dari pengumpulan limbah batu bara dapat menambah penghasilan dari Rp70 ribu hingga Rp100 ribu per hari.
"Kalau cuaca buruk saya tidak melaut, lebih aman cari batu bara, apalagi duitnya juga lebih banyak," katanya.
Pembeli limbah batu bara dari para pengumpul, Fitriani mengatakan mampu membeli 100 karung batu bara ukuran paling halus seharga Rp10 ribu per karung setiap harinya.
"Kami masih menjual ke pengumpul lainnya yang menjual batu bara ini ke Jakarta dan kota lain di Jawa," katanya.
Menurutnya, limbah batu bara yang terbawa dari hulu sungai lokasi eksploitasi di Kabupaten Bengkulu Tengah telah menambah pendapatan masyarakat setempat.
Tidak hanya warga lokal, warga luar kota hingga provinsi tetangga seperti Lintang Sumatra Selatan juga datang ke pesisir Bengkulu untuk mengumpulkan limbah tersebut.
"Masyarakat ini membantu membersihkan sungai dan pesisir dari limbah batu bara hasil pencucian dari perusahaan penggali tambang di hulu Sungai Bengkulu," katanya.
(KR-RNI/Z002)