Bengkulu (Antara-IPKB) - Rendahnya taraf pendidikan dapat menjadi faktor tingginya angka kelahiran total. Hal itu berdampak lambatnya pembangunan semua dimensi. Baik aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan serta pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, diketahui fertilitas menurut tingkat pendidikan pada wanita usia subur (WUS). Tidak sekolah dengan kelahiran total atau fertility rate sebesar 2,4 tiap wanita selama masa produksi.
Wanita subur yang tidak tamat sekolah dasar dengan kelahiran total sebesar 2,2, dan tingkat pendidikan yang hanya tamat SD angka fertilitas sebesar 2,4.
Lebih dirasakan tingkat pendidikan yang memengaruhi kelahiran itu pada kelompok WUS yang tidak tamat SMA, dengan kelaiharan total mencapai 2,7. Sedangkan bagi kelompok tamat SMA sebesar 2,2. Kondisi tersebut menempatkan kelahiran total di Provinsi Bengkulu pada 2012 sebesar 2,2.
Dengan demikian dapat dikatakan, tingkat pendidikan cukup memengaruhi tingginya angka kelairan total tiap wanita subur dalam masa produksi.
Hal demikian itu disampaikan Sekretaris Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) Bengkulu Timbul P Silitonga di Benegkulu belum lama ini.
Ia menambahkan, terdapat faktor lain penyebab tingginya kelahiran yakni kuantil kekayaan. Untuk tingkat kekayaan menengah kebawah dan atas, angka kelahirannya sebesar sebesar 2,3. Angka tersebut dibawah kelompok kekayaan menegah dan bawah yang kelahiran hanya sebesar 2,2 tiap wanita selama masa produksi.
Menurut dia, jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan tampung lingkungan.
Mendukung percepatan pembangunan semua aspek diperlukan pelaksanaan program sektor pendidikan, kependudukan dan KB guna menekan kelahiran yang tinggi, pungkasnya.(pen)