Kepala BPS Provinsi Bengkulu Win Rizal di Bengkulu, Rabu, mengatakan bahwa nilai ekspor mengalami peningkatan sekitar 19,44 persen jika dibandingkan pada Februari yang hanya 20,39 juta dolar AS atau sekitar Rp299 miliar.
"Bahkan jika dibandingkan dengan (ekspor) Maret 2021 mengalami kenaikan hingga 54,31 yang tercatat 5,78 juta dolar AS atau Rp231 miliar," kata Rizal.
Namun nilai impor di Provinsi Bengkulu pada Maret 2022 mengalami penurunan hingga 100 persen jika dibandingkan pada Maret 2021 yang tercatat sekitar 0,44 juta dolar AS atau Rp6,4 miliar.
Hal tersebut disebabkan karena pada September 2021 hingga Maret 2022 pemerintah pusat melarang untuk melakukan kegiatan impor sehingga tidak ada impor barang ke Provinsi Bengkulu.
Nilai ekspor Provinsi Bengkulu melalui Pelabuhan Pulau Baai, kata dia, mencapai 20,56 juta dolar atau sekitar Rp301 miliar.
Kemudian melalui Pelabuhan Musi River/Boom Baru mencapai 2,98 juta dolar AS atau Rp43,7 miliar dan melalui Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 0,54 juta dolar AS atau sekitar Rp7,9 miliar.
Selanjutnya melalui Pelabuhan Tanjung Beringin mencapai 0,27 juta dolar AS atau sekitar Rp3,9 miliar dan melalui Bandara Soekarno Hatta mencapai 337 dolar AS atau sekitar Rp4,9 juta.
"Untuk ekspor Provinsi Bengkulu tetap sama yaitu cangkang kelapa sawit dan batu bara," ujarnya.