Kharkiv (ANTARA) - Gamlet Zinkivskiy melawan invasi Rusia dengan kuas. Dia membuat mural untuk membangkitkan semangat juang di Kharkiv, kota kedua yang dilanda perang di Ukraina.
Seniman jalanan itu menyebut karyanya apolitis. Tetapi sebuah gambar pada tripleks yang menutupi jalan masuk balai kota yang hancur oleh roket Rusia itu mengatakan hal sebaliknya.
Lukisan setinggi tiga meter itu menampilkan jeriken dan botol yang disumbat potongan kain, mengingatkan pada bom molotov yang dibuat warga sipil untuk menghalangi serangan Rusia di Kharkiv dan Kiev pada Februari.
Dalam huruf cyrillic tebal, mural itu diberi judul "Keramahan dari Neraka".
"Ya, Anda benar," kata pria berkepala plontos itu sambil tertawa ketika seorang wartawan mengatakan ada kesan politis pada karyanya ketika mereka duduk di dapur apartemennya.
"Tentara Rusia benar-benar percaya bahwa, di Kharkiv dan Kiev, orang-orang akan menyambut mereka dengan bunga," kata dia mengenang peristiwa itu. "Tetapi (mereka) menemui tentara Rusia dengan molotov."
Kendati begitu, dia mengatakan alasan utama di balik lukisannya bukanlah membuat pernyataan politik tetapi "memberikan sesuatu yang baru kepada orang untuk dipikirkan".
"Kehidupan normal mulai datang kembali," kata Zinkivskiy, 35 tahun, yang kadang-kadang memakai rompi pelindung saat melukis. "Perang dan bom bukan satu-satunya… Kami lebih kuat dengan seni."
Dia mengaku ingin meneruskan karir di Inggris. "Tetapi saya tak mau meninggalkan kota saya karena saya sedang membantu membangun kota baru, negara baru."
Zinkivskiy dibujuk untuk mendukung perjuangan lewat lukisan oleh Vsevolod Kozhemyako, pebisnis terkemuka yang memimpin milisi sukarelawan yang berperang melawan Rusia.
"Saya meminta dia melakukan apa yang dia bisa lakukan," kata Kozhemyako dari belakang truk yang menuju ke lokasi kesatuannya di luar kota. "Kami tentu bisa mengajari dia menembak. Tetapi saya pikir dia jauh lebih bermanfaat di bidang ini."
Bagi Kozhemyako, yang juga mendukung mendukung penyair dan novelis Ukraina Sergiy Zhedan, mempromosikan seni ketika negaranya bertempur mempertahankan diri lebih dari sekadar cara menjaga semangat publik.
Tindakan itu, kata dia, juga merupakan cara membalas pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Ukraina modern secara historis dan kultural tak bisa dipisahkan dari Rusia.
Zinkivskiy, yang hidup dari menjual karya seni, melukis hanya dengan warna abu-abu, hitam dan putih.
Dia membuat coretan pada kartu di studionya sebelum melukisnya pada media yang lebih besar.
Beberapa karya hanya ditulis dengan kata-kata dalam bahasa Ukraina, salah satunya "Waktu Mendengarkan Kita", yang dibuat dengan huruf hitam besar pada dinding luar sebuah gedung yang bagian depannya rusak akibat roket Rusia.
Beberapa karya lainnya menyuarakan tema-tema perang, yang menunjukkan bahwa konflik selalu ada di mana pun. Misalnya, lukisan yang berjudul "Kujaga Keseimbangan".
Dilukis pada dua pintu besar, mural tersebut menggambarkan seorang pria menyeimbangkan diri di atas sebuah balok, dua ekor burung duduk di salah satu lengannya yang terentang, lengan yang lain diikat ketat dengan kain sambil memegang rompi pelindung.
Zinkivskiy juga mengekspresikan kemarahan warga Ukraina terhadap dukungan Jerman yang dianggap terlambat seraya menghargai dukungan keuangan dan militer dari Inggris.
Di bawah plang Jalan Pushkin, yang dinamai ketika Ukraina masih jadi bagian Uni Soviet, dia melukis "Jalan Inggris" pada dinding di 10 persimpangan. Di masa pra-Soviet, jalan itu disebut Jalan Jerman.
Sumber: Reuters