Agats (ANTARA) - Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat, Papua Barbalina Toisuta menyatakan bahwa pola belajar yang digunakan pada anak-anak Suku Asmat tidak bisa disamakan dengan anak sekolah lain pada umumnya.
“Karena suka ikut bekerja orang tuanya, mereka jadi mandiri duluan. Biasa mencari uang sendiri untuk makan (selama ditinggal pergi orang tuanya),” kata Barbalina saat ditemui ANTARA di Kota Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Rabu.
Barbalina menuturkan anak-anak di Suku Asmat tidak suka berdiam diri lama di kelas. Kebiasaan itu terbentuk akibat sering mengikuti orang tua pergi bekerja di hutan untuk mencari gaharu (pohon dengan bau wangi yang khas).
Anak di Suku Asmat cenderung menyukai bermain dan belajar di ruang terbuka, ujarnya.
Menurut dia jika menggunakan metode pembelajaran secara umum yang mengharuskan siswa duduk tiga sampai empat jam di dalam kelas justru membuat anak cepat bosan dan lelah.
“Mereka lebih senang belajar di luar. Itu jadi kreasi guru untuk membawa mereka belajar keluar walaupun tentang macam-macam pelajaran itu,” kata Barbalina.
Untuk lokasinya, anak-anak suka menghabiskan waktu di dekat sungai dengan memancing dan berenang bersama.
Barbalina melanjutkan dikarenakan mengikuti pekerjaan orang tua dan jumlah PAUD di kampung tidak banyak, anak langsung duduk belajar di bangku sekolah dasar (SD) sehingga banyak yang tidak dapat membaca, menghitung dan menulis dengan baik.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Disdik: Pola belajar Asmat tak bisa disamakan dengan anak pada umumnya