Brasilia (Antara) - Neymar pun tidak bisa menahan tetes air mata setelah tendangan penalti pemain Chile Gonzalo Jara yang membentur tiang gawang memastikan langkah Brazil ke babak perempat-final.
Kegagalan tersebut sekaligus memastikan langkah Brazil setelah menang 3-2 melalui adu penalti pada pertandingan babak 16 besar yang berlangsung dramatis.
Reaksi Neymar merupakan campuran dari rasa gembira, lega dan juga kelelahan dan pemain berusia 22 tahun memikul beban berat berupa harapan tinggi 200 juta rakyat Brasil.
Sejauh ini, ia telah menyumbang empat gol, ditambah satu gol pada kesempatan terakhir adu penalti saat menyingkirkan Chile.
Begitu berbahayanya bintang Barcelona ini, berkali-kali ia menjadi sasaran lawan yang berusaha menghentikannya, sehingga menimbulkan pertanyaan, sampai berapa lama Brasil harus tergantung kepadanya di barisan depan.
"Kami benar-benar menderita. Kemenangan yang emosional. Air mata saya usai pertandingan adalah tanpa bahagia," kata Neymar seperti dikutip AFP.
"Hari ini saya telah melakukan segalanya, saya diganjal keras, kaki saya kram. Sekarang yang saya inginkan hanyalah istirahat," katanya.
Neymar berharap bisa segar lagi saat menghadapi Kolombia di babak perempat-final. Menurut Federasi Sepak bola Brazil, Neymar siap dimainkan lagi meski ada masalah cedera paha dan otot kaki.
Siapa pemain yang akan mendampingi Neymar di barisan depan masih tanda tanya, meski dua gelandang Fred dan Jo sejauh ini tampil cukup mengesankan.
Fred menyumbang satu gol melalui sundulan saat menghadapi Kamerun di pertandingan penyisihan A, tapi kemudian digantikan Jo saat berhadapan dengan Chile dan Meksiko.
Tapi keberadaan pemain asal Fluminense itu sempat mendapat kritikan, termasuk dari mantan kapten tim nasional Inggris dan sekaligus rekannya Alan Shearer.
"Saya tidak mengerti mengapa Brazil masih memilih dia," kata Shearer mengomentari penampilan mengecewakan Fred pada dua penampilan pertama.
"Ia tidak banyak bergerak, tidak menendang dan justru mengacaukan permainan tim. Saya tidak tahu jika nanti Brazil mengubah strategi atau menempatkan Neymar sebagai penyerang palsu, tapi kenyataannya Fred bukanlah jawaban bagi kebutuhan tim," katanya.
Dalam perjalanan sejarah, Brazil sukses ketika pemain bintang mereka selalu didampingi seorang pemain sayap. Pele memiliki Vava, Garrincha dan Jairzinho sebagai trisula, Bebeto berpasangan dengan Romario pada 1994, dan Ronaldo menjadi ujung tombak bersama Rivaldo dan Ronaldinho saat sukses di Piala Dunia 2002.
Karakter pelatih Luiz Felipe Scolari yang dikenal sangat loyal dan percaya kepada para pemainnya, bisa membuatnya akan memberikan tempat bagi Fred dan Jo saat menghadapi Kolombia di perempat-final.
Apakah keputusan Scolari tetap atau keliru, bisa disaksikan nanti di Fortaleza, Jumat mendatang.