Denpasar (ANTARA) - Masyarakat seantero dunia pasti sudah mengenal Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang yang dipercayai sejak dulu dan diperingati setiap tanggal 14 Februari.
Di Pulau Dewata Bali, masyarakatnya juga mengenal hari kasih sayang. Hari yang dirayakan setiap 210 hari atau 6 bulan sekali menurut kalender Bali itu, diperingati sebagai Hari Tumpek Klurut.
Perayaan Tumpek Krulut ini dirayakan oleh umat Hindu sebagai hari cinta kasih antarsesama manusia yang kebetulan pada tahun ini, salah satunya jatuh pada Sabtu, 18 Februari 2023.
Tumpek Krulut merupakan hari suci umat Hindu untuk memuliakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Dewa Iswara atau Kawiswara. Kata Tumpek itu berasal dari kata “Tu” yang berarti “metu” atau awal dan “Pek” yang berarti “berakhir”. Krulut sendiri berasal dari kata “Lulut” yang berarti tresna asih atau cinta kasih, senang, serta gembira ria.
“Hari Tumpek Krulut mempunyai makna bersyukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Dewa Iswara yang dimana beliau yang menguasai bunyi-bunyian atau suara yang bertujuan untuk memuja Sang Pencipta,” ujar Ida Bagus Saskara, pemangku di Pura Agung Jagatnatha Kota Denpasar kepada Antara.
Menurut ajaran Agama Hindu, terdapat 6 Tumpek yang datangnya setiap 35 hari sekali, menurut kalender Bali, yaitu Tumpek Landep, Tumpek Wariga, Tumpek Kuningan, Tumpek Krulut, Tumpek Uye, dan Tumpek Wayang. Pertemuan Tumpek terjadi setiap akhir Wuku Saniscara (Sapta Wara) dan akhir Panca Wara Kliwon.
Perayaan rahina Tumpek Krulut yang jatuh pada Saniscara Kliwon Wuku Krulut dilaksanakan di berbagai daerah di Bali, salah satunya di Pura Agung Jagatnatha, Kota Denpasar. Upacara Tumpek Krulut di Pura Agung Jagatnatha, Kota Denpasar, dirayakan dengan iring-iringan beberapa tarian dan berbagai jenis tetabuhan atau gong.
Hari atau Rahinan Tumpek Krulut sering disebut juga dengan Odalan atau Otonan Gong. Hal tersebut ada kaitannya dengan suara atau bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh gong atau alat musik tersebut. Seperti halnya suara tetabuhan gamelan yang mengalun dan dapat menyebabkan orang lain merasa senang/gembira. Maka dari itu, dalam pelaksanaan upacara Tumpek Krulut ini, gong atau gamelan juga dilakukan upacara penyucian (otonan).
Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya mengatakan bahwa Hari raya Tumpek Krulut secara rutin telah rayakan oleh Umat Hindu setiap 6 bulan sekali dan biasanya dilaksanakan di Lapangan Puputan, Denpasar.
Dalam perayaan itu berbagai macam tetabuhan yang ada serta potensi seni yang dimiliki oleh masyarakat Pulau Bali, seperti Gandrung, Semar Pegulingan, Gong Gede, Baris Cina, datang atau dihadirkan. Kemudian masyarakat yang datang saling membunyikan suara-suara yang menghasilkan keindahan.
“Hal ini bisa menjadi vibrasi kita untuk menatap kehidupan serta menjadi motivasi untuk hidup kita,” kata I Gusti Ngurah Jaya Negara, saat ditemui usai mengikuti perayaan dan sembahyang hari Tumpek Klurut di Pura Agung Jagatnatha.
Kearifan lokal
Di bawah kepemimpinan Gubernur Bali I Wayan Koster, nilai-nilai kearifan lokal Bali yang adiluhung selalu dijunjung tinggi dan kian dipertegas dengan berbagai kebijakan. Salah satu dari kebijakan penegasan itu adalah dengan mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi Dalam Bali Era Baru.
Sebagai implemetasi dari surat edaran tersebut, Gubernur Bali I Wayan Koster kemudian menerbitkan Instruksi Gubernur Nomor 08 Tahun 2023 tentang Perayaan Rahina Tumpek Krulut, dengan pelaksanaan upacara Jana Kerthi.
Dalam perayaan hari Tumpek Krulut ini diharapkan seluruh masyarakat Bali pada umumnya, untuk ikut merayakan upacara kasih sayang tersebut guna terwujudnya jalinan hubungan harmonis antarsesama manusia.
Selain melakukan sebuah persembahyangan dan upacara dalam merayakan hari raya Tumpek Krulut, masyarakat di Pulau Dewata itu juga dapat merayakan serta memaknai hari raya tersebut dalam wujud berbagai aktivitas sosial.
“Perayaan Rahina Tumpek Krulut secara sekala (duniawi) dilakukan dengan berbagai aktivitas sosial dan kemanusiaan, di antaranya, seperti kunjungan sosial ke panti asuhan, panti wreda, rumah tahanan, dan mendatangi rumah sakit,” kata Gubernur Bali I Wayan Koster di Denpasar, Jumat (17/2).
Ia juga menyebut aktivitas sosial dapat dilakukan dengan donor darah, bantuan layanan kesehatan kepada masyarakat miskin, dan pertunjukan seni, seperti musik, tari, dan teater, guna membangun keharmonisan sesama manusia.
Dalam perayaan hari raya Tumpek Krulut, Koster menambahkan bahwa masyarakat dapat merayakan hari baik tersebut dengan saling memberi ucapan kasih sayang lewat berbagai media, saling memberi bunga, saling memberi suvenir. Masyarakat juga bisa menuangkan rasa kasih sayang itu antara anak dengan para orang tua, guru dengan para murid, atau sesama teman, sahabat, dan juga kepada pasangan hidup.
Sebagaimana tersurat dalam Lontar Prakempa dan Aji Gurnita, Otonan Sarwa Tetangguran agar dilaksanakan pada Rahina Tumpek Krulut. Pada Rahina Tumpek Krulut kita memuja Dewa Iswara dalam manifestasinya sebagai dewa keindahan untuk memohon anugerah agar kita terus menerus diberi kesenangan dan kebahagiaan, baik lahir maupun batin, dalam menjalani roda kehidupan ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengenal Hari Tumpek Klurut, hari kasih sayang Umat Hindu Bali