Peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Bali pada waktu itu Ida Bagus Oka berdasarkan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) yang dikeluarkan oleh Bupati Badung.
Pembangunannya memakan waktu kurang lebih tiga tahun sebelum diresmikan pada tahun 1997 dengan menyelesaikan bangunan Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa dan Gereja Kristen Protestan Bukit Doa.
Sedangkan Vihara secara operasional dimulai pada tahun 2003, dan Pura Jagat Natha tahun 2004.
Kenapa pura paling belakang? Karena keberadaan pura kala itu tidak dianggap terlalu mendesak. Bali dengan mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, sudah memiliki banyak pura untuk tempat beribah umat.
Faktor lainnya adalah pada masalah dana yang perlu dikumpulkan sendiri oleh kelompok beragama Hindu untuk membangun Pura Jagat Natha, karena pembangunan tidak dibiayai oleh pemerintah.
Tujuan wisata
Sejatinya, Puja Mandala menjadi tempat beribadah bagi kaum beragama. Namun, lokasinya yang berada di kawasan pariwisata menjadikan tempat ini sebuah objek wisata budaya spiritual secara lokal dan internasional.
Selain menjadi alternatif berwisata, Puja Mandala juga kerap dijadikan sebagai lokasi untuk penelitian.
Penelitian itu dilakukan dari intitusi pendidikan, termasuk mereka yang sedang mengerjakan disertasi untuk meraih gelar doktor.
Wayan Solo kembali bercerita bahwa kunjungan ke Puja Mandala tak hanya dari kalangan masyarakat, tetapi beberapa pejabat dan Presiden Jokowi pernah melakukan kunjungan dan melaksanakan ibadah di tempat itu.
Sebagai kumpulan dari tempat ibadah lima agama, heterogenitas kegiatan di kawasan Puja Mandala pun cukup beragam.
Sekretaris Masjid Agung Ibnu Batutah Jumali bercerita bahwa jumlah kunjungan tak menentu, namun paling banyak hingga mencapai 30-40 bus dalam sehari.
Saat sitauasi pandemi COVID-19, lokasi itu sepi pengunjung. Namun saat ini, sudah kembali normal dengan kunjungan 30-40 bus dalam sehari.
Kunjungan itu berasal dari sekolah-sekolah yang sedang melaksanakan studi kunjungan untuk memperkenalkan dan belajar mengenai simbol kerukunan beragama di Bali.
Bangunan rumah ibadah di Puja Mandala berdiri kokoh berdampingan tanpa sekat, menjadi bukti nyata toleransi beragama di Pulau Dewata.
Dibangun di pelataran bukit, sekilas kelima bangunan itu memiliki ketinggian sejajar, yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan status dalam beragama di area tersebut.
Karena berada di satu area yang sama, tidak jarang terdapat momen keagamaan yang pelaksanaan ibadahnya juga dilaksanakan secara bersamaan.
Puja Mandala, simbol kerukunan umat beragama di Pulau Dewata Bali
Jumat, 17 Maret 2023 13:15 WIB 2023