Jakarta (ANTARA) -
"(Hal ini) berimplikasi pada peningkatan
cost borrowing pemerintah AS yang cenderung meningkat, sehingga berpotensi mendorong yield UST yang selanjutnya akan investor akan menempatkan investasi ke safe-haven asset lainnya,” ujar dia saat dihubungi Antara, Jakarta, Kamis.Seperti diketahui, Fitch Rating menurunkan peringkat utang AS satu notch dari AAA menjadi AA+.
Namun, mempertimbangkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang solid dan berbagai kebijakan dalam rangka stabilisasi nilai tukar dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI), maka diperkirakan nilai tukar rupiah akan relatif stabil.
"Sekalipun melemah, diperkirakan akan cenderung terbatas dan bersifat sementara,” ucap Josua.
Menurut dia, penurunan peringkat utang AS mengindikasikan penurunan kondisi fiskal AS yang diperkirakan akan terjadi dalam tiga tahun ke depan, di mana beban utang pemerintah yang tinggi dan terus meningkat. Selain itu juga dalam hal tata kelola pemerintahan yang tercermin dari pembahasan batas utang yang terus berulang.
“Standar tata kelola pemerintahan (AS) cenderung mengalami tren memburuk selama 20 tahun terakhir, termasuk dalam hal fiskal dan utang, terlepas dari kesepakatan untuk menangguhkan batas utang hingga Januari 2025. Kebuntuan politik mengenai batas utang yang berulang kali terjadi dan resolusi-resolusi di menit-menit terakhir telah mengikis kepercayaan terhadap manajemen fiskal,” ungkapnya
Di samping itu, pemerintah AS tidak memiliki kerangka fiskal jangka menengah dan memiliki proses penganggaran yang kompleks.
"Faktor-faktor tersebut, telah mendorong peningkatan utang yang cukup signifikan selama dekade terakhir,” kata Josua.
Update Berita Antara Bengkulu Lainnya di Google News