Namun, tingkat literasi pasar modal justru tercatat menurun dari 4,92 persen di 2019 menjadi 4,11 persen di 2022.
Untuk meningkatkan tingkat literasi pasar modal masyarakat, khususnya anak muda, Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan program Duta Pasar Modal (DPM).
BEI akan menunjuk mahasiswa atau anak muda terpilih untuk menjadi DPM dan secara rutin memberikan pemahaman terkait pasar modal kepada lingkungannya.
“Program ini akan dijalankan di lebih dari 700 perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang telah memiliki Galeri Investasi BEI di kampus mereka,” kata Direktur Pengembang BEI, Jeffrey Hendrik.
BEI juga meluncurkan kampanye baru bertajuk “Aku Investor Saham” untuk mengajak anak muda Indonesia memiliki kebanggaan saat menjadi investor saham.
Kampanye itu akan melibatkan banyak komunitas, perusahaan sekuritas, dan emiten. Kampanye ini juga boleh disesuaikan dengan tempat atau komunitas dimana kampanye itu digaungkan.
“Misalnya kampanye 'Aku Investor Saham' di daerah timur Indonesia akan menjadi 'Beta Investor Saham', di kalangan perempuan akan menjadi 'Perempuan Indonesia Investor Saham', dan saat dikampanyekan di suporter bola Surabaya akan menjadi 'Bonek Investor Saham',” kata Jeffrey.
Perusahaan Sekuritas juga bisa menggunakan kampanye ini menjadi Aku Investor Saham di xxx (nama sekuritas) Sekuritas dan di emiten akan menjadi Aku Investor Saham xxx (nama emiten).
Pendekatan tersebut sesuai dengan demografi investor dan potensial investor pasar modal Indonesia yang saat ini 81 persen di antaranya berada di bawah usia 40 tahun.
Sementara itu, OJK juga terus melakukan edukasi bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi pasar modal, sekaligus literasi jasa keuangan lain secara umum.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan pihaknya telah melaksanakan 1.638 kegiatan edukasi keuangan yang menjangkau lebih dari 370 ribu peserta secara nasional dari awal tahun ini hingga 31 Agustus 2023.