Rejanglebong (Antara) - Enam pelajar dari SMA Negeri 1 Curup Kabupaten Rejanglebong Provinsi Bengkulu, meraih nilai tertinggi pelaksanaan ujian nasional (UN) di daerah itu.
Menurut keterangan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Rejanglebong, Ansori di Rejanglebong, Jumat keenam pelajar asal SMAN 1 Curup dalam pengumuman kelulusan sekolah di daerah itu berhasil meraih nilai tertinggi untuk jurusan IPA dan IPS.
"Enam pelajar SMA Negeri 1 Curup yang berhasil meraih nilai tertinggi ini diantaranya untuk jurusan IPA atas nama Arecksueng Hatahaean dengan nilai 535,30 kemudian Tiara Putri Yosineba dengan nilai 526,00 dan Adinda Vasha Oktegianda mendapatkan nilai 523,30," ujarnya.
Sedangkan untuk jurusan IPS atas nama Yesus Wewengkang dengan nilai 515,70 dibagi enam mata pelajaran UN atau rata-rata 85,95 kemudian tertinggi kedua Annisa Mutia Syakina 507,10 rata-rata 84,5 dan tertinggi ketiga G Putra Utama dengan nilai 436,30 atau rata-rata 72,7.
Sementara itu untuk nilai tertinggi tingkat SMK kata dia, diraih pelajar tiga pelajar dari SMKN 1 Curup Timur atas nama Nini Fistina dengan jumlah nilai 347,4. Kemudian tertinggi kedua atas nama Devi Sri Astuti dengan 317,4 dan Riki Chandra dengan peraihan nilai 306,1.
Pengumuman kelulusan sekolah tahun ini kata dia, bukan lagi disebut kelulusan UN. Karena penentuan kelulusan saat ini ditentukan sekolah masing-masing, dimana pelaksanaan UN hanya untuk mengukur kemampuan siswa serta untuk syarat meneruskan ke perguruan tingggi.
"Bagi kalangan pelajar di daerah itu yang hasil pencapaian UN nya kurang passing grade yang ditentukan sebesar 5,5, tetap dinyatakan lulus sekolah. Namun bagi pelajar yang nilai rata-ratanya di bawah 5,5 dianjurkan agar mengikuti UN tahun depan untuk perbaikan, tetapi bagi yang tidak mau mengulang tidak apa-apa karena ijazahnya tetap bisa digunakan," ujarnya.
Sementara itu ditempat terpisah kepala SMAN 1 Curup Selatan, Riskan Effendi mengatakan untuk menghindari adanya aksi corat-coret seragam pihaknya mewajibkan pelajar di sekolah untuk saat pembagian surat tanda kelulusan dengan menggunakan busana muslim, dan melakukan razia tas dan boks motor dari 186 siswanya guna memastikan tidak ada pelajar yang membawa baju putih.
"Tindakan ini kami lakukan untuk mengantisipasi adanya perayaan yang berlebihan dari pelajar yang dinyatakan lulus sekolah, selain itu seragam sekolah mereka ini masih bisa dipakai untuk adik-adiknya atau orang lain. Pelajar yang kedapatan membawa seragam sekolah untuk dicorat-coret maka saya tidak akan menandatangani STTB mereka," ujarnya.***4***