"Sebenarnya tidak ada masalah apa-apa. Kami dari Jakarta sudah komitmen ingin tembus ke olimpiade kan. Mungkin kemarin lebih ingin fokus masing-masing aja sih," kata Yeremia di Gedung Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat.
Bahkan, ketika sebelum bertanding, Yeremia mengungkapkan dirinya dan Pramudya masih mengobrol untuk mendiskusikan strategi yang akan digunakan dan juga masih berkomunikasi di luar lapangan.
"Kalau di luar lapangan, kami juga makan bersama, sarapan bersama," ungkap pria yang akrab disapa Yere tersebut.
Ketika ditanya mengenai keakraban mereka yang kurang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, Yere menanggapinya dengan santai.
"Mungkin jarang update (media sosial) saja saya. Kalau dulu kan sering update jadi kelihatannya lebih akrab. Sekarang sudah jarang update. Mungkin kelihatannya gitu sih," ujarnya.
Terkait kabar "perang dingin" di antara keduanya, Yere mengira isu itu muncul karena mereka tidak mau melakukan tos telapak tangan. Ia menjelaskan, ketika itu mereka sedang fokus sehingga tidak melakukan tos yang lazim dilakukan pasangan ganda putra lainnya.
"Mungkin mereka (penggemar dan warganet) tidak tahu kami sebenarnya seperti apa. Mereka hanya melihat dari layar kaca. Jadi, ya sudah, tidak diambil pusing," ucapnya.
Sebelumnya, pada turnamen Arctic Open 2023, pasangan berjuluk The Prayer tersebut menjadi sorotan karena tampil tidak kompak dan tidak menjalin komunikasi saat bertanding.
Pelatih ganda putra Pelatnas PBSI Aryono Miranat pun memanggil keduanya terkait performa mereka dalam turnamen tersebut dan menyatakan masalah sudah selesai.
"Saya sudah bicara dengan Pram/Yere, masalahnya sudah selesai dan mereka menyatakan siap untuk tampil di sini. Mudah-mudahan komunikasi mereka bisa lebih baik, daya juang juga meningkat sehingga lebih memacu untuk memenangkan pertandingan," jelas Aryono.