Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis neurologi RS Bethesda Lempuyangwangi Yogyakarta Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, Sp.S, M.Kes, mengatakan bahwa penanganan sedini mungkin amat penting bagi pengidap neuropati perifer supaya kerusakan pada sistem saraf tubuh tidak semakin meluas.
“Lakukan diagnosis segera dan pengobatan segera. Jangan menunda ataupun ragu merujuk pasien untuk tes kesehatan rinci seperti tes saraf,” kata Rizaldy dalam forum bincang media oleh P&G Health dalam rangka Hari Diabetes Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Praktisi kesehatan harus mendengarkan keluhan pasien khususnya jika mereka mengeluhkan sensasi terbakar dan nyeri pada ujung tubuh misalnya tangan dan kaki serta kesulitan tidur karena hal tersebut bisa jadi merupakan gejala neuropati perifer.
Neuropati perifer adalah gangguan pada saraf tepi sehingga menimbulkan sensasi kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas pada bagian ujung tubuh, misalnya tangan dan kaki. Kerusakan saraf tepi bisa mengenai sistem saraf sensorik atau perasa, sistem saraf motorik, sistem saraf otonom, atau kombinasi dari ketiga sistem saraf tersebut.
Diabetes adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan munculnya neuropati perifer.
Dokter yang menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Universitas Gadjah Mada itu mengatakan setelah mendapatkan diagnosis neuropati, praktisi kesehatan hendaknya tidak hanya memberi penanganan untuk meredakan gejalanya, tapi, juga untuk mempertahankan fungsi saraf dan mencegah kerusakan memburuk.
Salah satu cara penanganan diagnosis neuropati yang dapat memperbaiki fungsi saraf adalah melalui pemberian obat kombinasi vitamin B kompleks yang mengandung vitamin B1, B6, dan B12. Rizaldy mengatakan, berdasarkan penelitian yang ia lakukan pada 400 pengidap neuropati perifer dengan kondisi yang beragam, obat kombinasi vitamin B tersebut telah terbukti kemanjurannya.
“Pemberian vitamin B kompleks untuk pengidap neuropati perifer juga harus dilakukan sedini mungkin karena jika sistem saraf sudah rusak, tidak ada lagi yang bisa dilakukan,” ucap Rizaldy yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) itu.