Butuh ilmu berbeda cegah peretas dan pembobol
Rabu, 8 November 2023 14:31 WIB 624
Sebelum adanya sistem ini, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) merupakan instansi resmi di dalam negeri yang bertanggung jawab menghadapi serangan siber termasuk ke kampus-kampus.
Menurut Prof. Indrajit, sasaran serangan siber kepada kampus-kampus yang jumlahnya 5.000 itu juga seperti halnya perbankan. Sementara, sistem pertahanan dari masing-masing kampus ini beragam: ada yang mudah ditembus dan ada juga yang sudah memiliki sistem yang mumpuni.
Mengapa perlindungan sistem jaringan siber di kampus sangat penting, karena di dalamnya menyangkut peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga bisa dibayangkan kalau yang diretas nilai atau kelulusan.
Tak hanya itu kampus juga memiliki hasil-hasil penelitian yang mayoritas saat ini berformat digital serta banyak yang belum dimasukkan ke dalam daftar hak kekayaan intelektual (Haki).
BSSN sendiri dalam menghadapi serangan siber sudah membangun sistem peringatan dini sehingga sebelum instansi Pemerintah, perusahaan, atau kampus mendapat serangan, sudah mendapat peringatan diri agar bersiap.
Dalam perjalanannya, ternyata kampus merupakan institusi yang paling banyak mendapat serangan. Namun belum banyak yang bisa membantu meski sudah ada sistem peringatan dini.
Berangkat dari hal itu sebagian kampus terutama berbasis teknologi sudah memiliki sistem pengamanan sendiri lewat Acad C-SIRT.
Salah satu kampus yang memiliki sistem pertahanan ini adalah Swiss German University (SGU) termasuk membangun Pusat Operasi Keamanan (Security Operation Center - SOC) dengan memanfaatkan dana hibah.
SOC ini juga digunakan untuk membantu kampus-kampus lain yang belum memiliki sistem pertahanan yang memadai. Setidaknya SOC bisa mengantisipasi adanya serangan agar jangan sampai merusak sistem yang ada.
Prof. Indrajit menyarankan setiap kampus memiliki sistem pengawasan untuk memantau aktivitas yang mencurigakan pada perangkat keamanan. Ciri dari serangan itu bisa dilihat dari upaya untuk masuk tetapi berkali-kali gagal, namun pelaku tidak kapok serta masih mengupayakan.
Indrajit mengibaratkan setiap kampus memiliki standar seperti alat pemadam api ringan (APAR). Setidaknya setiap kali ada upaya untuk masuk bisa ditangani sendiri lebih dahulu. Jangan langsung memanggil pemadam kebakaran kalau apinya masih kecil.
Pengamanan siber
Kehadiran SOC menjadi hal penting bagi kampus-kampus di Indonesia untuk menghindari serangan siber, minimal antarkampus bisa saling melindungi kalau terjadi serangan.
Dosen dan ahli di bidang serangan siber Dr. Ir. Charles Lim, BSc, MSc menjelaskan keamanan siber telah menjadi kebutuhan utama dalam era digital saat ini.
SOC SGU ini mampu menjawab keperluan pemantauan ancaman siber internal sebagai sarana pembelajaran di SGU, serta akan digunakan sebagai pusat koordinasi tanggap insiden nasional untuk insiden yang dilaporkan ke komunitas ACAD-CSIRT (Academic Computer Security Incident Response Team).
Dalam melakukan tanggap insiden serangan siber, SGU dan ACAD CSIRT akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).