"Kita tidak lagi seperti negara lain yang cuma bilang komitmen, cuma bilang ambisi," ujarnya saat mengunjungi Paviliun Indonesia dalam perhelatan COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu.
Siti mengatakan negara-negara menjaga penurunan emisi gas rumah kaca paling sedikit 43 persen, sedangkan Indonesia telah berhasil menurunkan emisi sebanyak 52 persen pada tahun 2020.
Kemudian, angka penurunan emisi bergerak fluktuatif di atas 43 persen pada tahun 2021 dan tercatat sebanyak 42 persen pada tahun 2022.
"Indonesia sebetulnya sudah masuk di kelompok negara-negara yang bisa menurunkan emisi gas rumah kaca secara cukup ambisius. Artinya, cukup aman," kata Siti.
Meski angka penurunan gas rumah kaca Indonesia terbilang tinggi, namun pemerintah terus bekerja keras untuk menekan angka pengeluaran emisi dari ekosistem pesisir berupa mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, termasuk peternakan serta pertanian.
KLHK menyatakan sektor peternakan turut menyumbang emisi akibat kotoran hewan ternak dan mengolah lahan pertanian dengan cara dibajak juga menghasilkan emisi besar.
"Sekarang kami bereskan sehingga hitung-hitungan angkanya akan lebih baik lagi dari sekarang yang kami targetkan 43,2 persen. Tahun depan dari hitungan yang sudah ada kita akan putuskan (penurunan emisi) pasti lebih dari 43,2 persen," pungkas Menteri Siti.