Mengenal tiga masalah prostat yang berisiko dialami para pria
Jumat, 22 Desember 2023 13:19 WIB 862
Laki-laki akan selalu memproduksi hormon testosteron, tetapi dengan enzim alfa reduktase, hormon testosteron akan diubah menjadi dihidrotestosteron. Hilman mengibaratkan dihidotestosteron sebagai makanan prostat, sehingga selama enzim alfa reduktase terus diproduksi maka prostat akan bertambah besar.
Selain bertambah besar, juga akan terjadi percepatan pertambahan volume prostat bila seorang pria sudah melewati usia 60 tahun. Dia merujuk penelitian menuturkan bahwa volume prostat meningkat sebesar 2,2 persen per tahun.
Lalu, pembesaran seperti apa yang dianggap normal? Menurut Hilman, yang membesar keluar, tidak ke dalam, karena pembesaran ke dalam atau sampai menekan leher kandung kemih bisa menyebabkan urine tidak keluar ke bawah dengan lancar karena terhimpit kelenjar prostat yang membesar.
Baca juga: Aplikasi SatuSehat akan beri informasi kredibel soal penyakit
Terkadang, ditemukan kelenjar prostat naik ke atas dan karena terlalu besar maka menekan kandung kemih dan memungkinkan terjadinya Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yakni gejala saluran kemih bagian bawah.
Prostat selain membesar ukurannya juga dapat bertambah banyak selnya sehingga mengarah pada kondisi benign prostatic hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak.
Penuaan, adanya sindrom metabolik antara lain hipertensi, dislipidemia obesitas dan faktor genetik menjadi faktor risiko seorang pria mengalami BPH. Khusus untuk faktor genetik dikatakan risikonya empat kali terjadinya pembesaran prostat jinak.
Sementara itu, faktor risiko yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan yakni kebiasaan merokok dan konsumsi makanan mengandung pengawet.
Pakar kesehatan melalui Cleveland Clinic mencatat sejumlah gejala umum pada pasien BPH yakni kesulitan mulai buang air kecil, tiba-tiba ingin buang air kecil (urgensi), ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya, nyeri setelah ejakulasi atau saat buang air kecil, urine berubah warna dan berbau.
Mereka yang terdiagnosis BPH nantinya bisa menjalani terapi obeservatif. Ini umumnya bila pasien baru merasakan gejala awal seperti terbangun dua kali setiap malam, pancaran kemih masih baik, lalu hasil pemeriksaan menunjukkan residu urine di kandung kemih sedikit.
Baca juga: Ibu hamil perlu waspadai faktor keturunan stroke dalam keluarga
Pasien disarankan melakukan pembatasan minum pada malam hari serta menghindari konsumsi minuman bersifat diuretik atau menyebabkan meningkatnya laju urinasi seperti kopi, teh, cokelat serta makanan pedas.
"Tetapi kalau sudah mulai ada gejala harus mengejan saat berkemih, habis pipis merasa ada sisa, baru boleh memulai terapi pengobatan," kata Hilman.
Sebagai jalan terakhir, sebenarnya masih ada terapi pembedahan. Ini apabila terapi pengobatan tidak kunjung membuahkan hasil. Hilman berpendapat, saat ini sudah jarang dilakukan operasi besar, karena rata-rata menerakan bedah minimal invasif.
Pembesaran prostat jinak versus kanker prostat
Satu penyebab lain prostat bisa membesar yakni karena adanya kanker. Salah satu perbedaan antara pembesaran prostat jinak dan kanker prostat yakni, lokasi pembesarannya.