Bengkulu (Antara) - Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengusulkan pemanfaatan taman hutan raya (Tahura) Rajolelo sebagai habitat baru pengembangan Rafflesia arnoldii.
Saat menyampaikan sambutan dalam "Simposium Internasional Rafflesia dan Amorphophallus" yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bengkulu, Selasa, Gubernur mengatakan pengembangan bunga langka itu di Tahura lebih pada kepentingan ekowisata.
"Saat ini, kalau ingin melihat bunga rafflesia harus masuk ke kawasan hutan, dan itu pun belum tentu ada yang mekar," katanya.
Ia mengatakan untuk menjawab tantangan tersebut, para peneliti dan akademisi perlu membuat lokasi habitat baru yang lebih mudah dijangkau masyarakat umum.
Salah satu lokasi yang layak diusulkan adalah Tahura Rajolelo di Kabupaten Bengkulu Tengah. Kawasan yang dikelola Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu itu berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Bengkulu.
Keberadaan bunga terbesar di dunia itu menurut Gubernur dapat dikembangkan sebagai salah satu objek wisata berbasis konservasi di Bengkulu.
Apalagi hutan tropis Bengkulu masih menyimpan empat jenis bunga rafflesia. Selain Rafflesia arnoldii yang menjadi ikon daerah ini, ada pula jenis hasselti, gadutensis dan bengkuluensis.
"Simposium ini kami harapkan bisa menjawab tantangan ini untuk mendukung pembangunan daerah terutama pengembangan ekowisata," ucapnya.
Peneliti bunga rafflesia dari Universitas Bengkulu Agus Susatya mengatakan keinginan kepala daerah Provinsi Bengkulu itu dapat diwujudkan bila ada kemauan dari pemangku kepentingan.
Menurut Agus, kondisi agroklimat di Tahura Rajolelo tidak jauh berbeda dengan Cagar Alam Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah yang menjadi habitat asli bunga rafflesia.
"Jenis amorphophallus sudah dikembangkan di Tahura Rajolelo. Pengembangan rafflesia juga memungkinkan asal ada niat serius," katanya.
Simposium internasional Rafflesia spp dan Amorphophallus spp di Bengkulu diikuti para peneliti dari delapan negara antara lain Tiongkok, Jepang, Perancis, Perancis dan Malaysia.***1***