Kondisi geografis Ambon yang dikelilingi garis pantai membuat musik hawaiian memiliki tempat tersendiri bagi para pencipta musik di kota itu. Ialah Johannis Leiwakabessy atau yang akrab disapa Opa Bing, sang maestro musik hawaiian asal Maluku, yang memperkenalkan musik hawaiian hingga masuk ke telinga semua kalangan.
Musik hawaiian sendiri merupakan genre yang kental dengan tempo lambat nan irama yang mendayu-dayu berikut vokalnya. Salah satu instrumen yang membuat musik ini khas terdengar membuai telinga adalah steel-guitar, yakni alat musik serupa gitar yang dimainkan dengan cara dipangku atau diletakkan secara mendatar.
Musik hawaiian seolah menjadi pintu masuk bagi genre musik lainnya di Kota Ambon. Selanjutnya banyak penyanyi pop yang memasukkan unsur hawaiian dalam karyanya. Seiring perkembangan zaman pertukaran informasi dan pengetahuan masuklah beragam genre musik lainnya seperti jazz, rock, hingga hiphop.
Menurut Museum Musik Indonesia, musik yang berasal dari Ambon umumnya memiliki tujuh tema besar yang lekat dengan siklus hidup orang Ambon yakni kisah perantauan orang Ambon, hubungan kekerabatan orang Ambon dan pela gandong, keindahan Pulau Maluku, Ambon, dan dunia maritim, folklor, dansa, dan cinta. Tema yang paling menonjol adalah tentang perantauan dan imigrasi.
Kolaborasi Pemerintah dan Ambon Music Office
Saat ini Pemerintah Kota Ambon bersama Ambon Music Office (AMO) tengah gencar memberikan ruang bagi komunitas musik di kota itu dengan membangun ekosistem ekonomi kreatif.
Penjabat Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena di Ambon menyatakan memasuki tahun ke lima Ambon dinobatkan sebagai Kota Musik oleh UNESCO pihaknya bersama AMO mempertahankan ciri khas dengan memberikan ruang bagi komunitas musik mengembangkan kreativitas.
Salah satu upaya yang terus dilakukan melalui program harmoni sudut kota yang dilaksanakan setiap bulan, dengan menghadirkan pelaku UMKM dan di situ ada musik. Itulah ekonomi kreatif atau kota kreatif berbasis musik.
Pengembangan ekosistem ekonomi kreatif tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun dengan kolaborasi multipihak yakni Pemerintah, akademikus, komunitas, pebisnis, dan media.
Salah satu yang masih kurang di Kota Ambon adalah belum memiliki creative hub yakni bangunan representatif, guna menampung semua subsektor ekonomi kreatif.
"Jadi bukan hanya tentang musik, tetapi subsektor ekonomi kreatif yang lainnya yang menunjang itu juga harus dibangun dan dikembangkan, misalnya, kuliner, fesyen, dan lain sebagainya," katanya.