Perusahaan alas kaki Bata mengambil langkah inisiatif yang bertujuan untuk mengoptimalkan operasional perusahaan guna memenuhi kebutuhan pelanggan usai penutupan pabrik di Purwakarta.
Dikutip dari siaran pers yang diterima Rabu, PT Sepatu Bata Tbk menghadapi dampak pasca COVID-19 dan banyak tantangan selama empat tahun terakhir, termasuk perubahan perilaku konsumen yang cepat. Sehingga Bata merasa perlu bertransformasi untuk melayani konsumen dengan lebih baik.
"Perusahaan tidak lagi dapat melanjutkan produksi di pabrik di Purwakarta dan sebagai gantinya perusahaan akan menawarkan produk-produk baru yang menarik yang dirancang dan dikembangkan oleh Bata serta produsen lokal dari pabrik mitra kami di Indonesia, banyak di antaranya yang sudah bekerja sama dengan kami sebelumnya,” kata Direktur dan Sekretaris PT Sepatu Bata Tbk Hatta Tutuko.
Hatta melanjutkan, keputusan ini tidak dibuat dengan mudah dan telah melakukan evaluasi mendalam dan persetujuan antara pihak-pihak yang terkait.
Penyesuaian ini juga merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk berkembang dan beradaptasi di masa-masa perubahan.
Bata telah hadir di Indonesia sejak 93 tahun silam dengan produksi pertamanya dilakukan pada tahun 1940. Selama puluhan tahun, Bata di Indonesia telah berinovasi dalam penawaran produk dan saluran bisnis dengan tujuan untuk selalu melayani dan memenuhi permintaan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen pasar yang berbeda.
Sebagai salah satu pemasar alas kaki dan ritel terkemuka di negara ini, Bata memiliki toko di seluruh negeri, dengan memegang lisensi untuk merek lainnya selain Bata, seperti Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, dan Weinbrenner.
PT Sepatu Bata Tbk akan terus beroperasi dan melayani kebutuhan masyarakat Indonesia dengan kualitas produk terbaiknya, terus berinovasi dan meningkatkan pengalaman pelanggan melalui saluran omnichannel (www.bata.co.id), dan mengintegrasikan pengalaman langsung dari toko fisik dengan kenyamanan berbelanja online.