Kota Bengkulu (ANTARA) - Di tengah pergolakan dan konflik yang tak kunjung usai, Rafah, sebuah kota di ujung selatan Jalur Gaza, Palestina, terus berjuang dengan keadaan yang menantang.
Lokasi Rafah yang strategis, berbatasan langsung dengan Mesir, membuatnya menjadi pintu gerbang penting, namun sering kali penuh tekanan, bagi aliran barang dan bantuan kemanusiaan.
Pintu Perbatasan Rafah, atau sering disebut juga sebagai Rafah Crossing Point, adalah satu-satunya pintu perbatasan yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir. Pintu perbatasan ini memiliki peranan sangat penting bagi penduduk Gaza, baik dalam hal pergerakan orang maupun aliran barang.
Secara historis, Rafah telah menjadi titik transit utama untuk warga Palestina yang ingin bepergian antara Jalur Gaza dan Mesir, juga sebagai saluran utama untuk impor barang ke Gaza.
Baca juga: AS tegaskan kembali komitmen untuk hentikan perang Gaza
Baca juga: PBB desak Israel dan Hamas lanjutkan perundingan gencatan senjata
Namun, status pintu perbatasan ini sering kali dipenuhi dengan ketegangan politik dan keamanan, yang seringkali mengakibatkan penutupan atau pembatasan yang ketat oleh otoritas Mesir, terutama setelah pengambilalihan Gaza oleh Hamas pada tahun 2007.
Penutupan ini sering menyebabkan krisis kemanusiaan, membatasi akses penduduk Gaza ke kebutuhan pokok, layanan medis, dan peluang pendidikan. Pembukaan pintu perbatasan, meskipun tidak konsisten, merupakan napas lega bagi penduduk lokal yang membutuhkan akses ke sumber daya di luar Gaza untuk keperluan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Eyes on Rafah: Sebuah sorotan pada kehidupan di perbatasan Gaza, Palestina
Kamis, 30 Mei 2024 17:17 WIB 5943