Muhammad Hafizh dkk sempat tertinggal tiga hingga empat poin di awal set pertama. Namun dengan kekompakan tim, Indonesia A berhasil membalikkan keadaan dan membuat Myanmar kehilangan kesempatan mengambil set pertama dengan skor 15-10.
Pada set kedua, pertandingan kedua negara tersebut berlangsung sengit sehingga kejar-kejaran poin pun tak terelakkan.
Indonesia sempat tertinggal, tetapi semangat dan mental para pemain membuat mampu mengambil tiga poin kritis dari kedudukan 14-14 menjadi 17-14 untuk memastikan keping emas.
“Alhamdulillah kami bersyukur dengan medali emas. ini dan memang ini sudah sesuai dengan target kami. Tadi di awal, kami grogi dan ditambah permainan Myanmar bagus, mulai dari bertahan hingga serangan jadi memang kami agak kesulitan menembus pertahanan mereka,” ujar kapten tim M Hafizh dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Rabu.
Hafizh menjelaskan, perolehan medali emas tersebut akan menjadi penyuntik motivasi timnya untuk menyelesaikan tiga nomor tersisa, yakni double, tim dan beregu.
Sementara itu, Manajer tim Abdul Rahman mengatakan kemenangan yang diraih berkat kualitas mental juara yang dimiliki para pemainnya.
Terlebih, lanjutnya, persiapan sepak takraw Indonesia telah dilakukan dengan matang karena tim sudah tiba di Malang seminggu sebelum pertandingan dimulai guna mendapat aklimatisasi optimal.
“Chemistry hingga kekompakan juga dibangun karena kami latihan di Komplek Militer. Semoga kemenangan ini membuat anak-anak juga kian bersemangat lagi untuk membanggakan Merah Putih di AUG 2024,” kata Rahman.
Namun, perolehan medali emas dari Tim Indonesia A tidak bisa diikuti oleh tim B yang hanya bisa mendapatkan medali perunggu.
Haqi Fadli dkk, dipaksa mengakui kehebatan Malaysia dengan skor 1-2 (15-13 13-15 10-15) pada perebutan tempat ketiga.