Keberadaan plastik di tanah dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Serat-serat plastik terkadang dapat membuat tanah lebih berpori dan meningkatkan kemampuannya untuk menahan air.
Namun, dampak terbesar dari plastik di tanah adalah pada ekosistem dan fauna tanah.
Penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dan nematoda yang mengonsumsi plastik mengalami pertumbuhan yang terhambat dan tingkat kematian yang lebih tinggi.
Konsumsi plastik oleh fauna tanah juga dapat mengganggu siklus reproduksi mereka, yang pada akhirnya mempengaruhi keseimbangan ekosistem tanah.
Dengan berkurangnya jumlah fauna tanah yang sehat, kesuburan tanah juga dapat terganggu, dan akan mempengaruhi hasil pertanian.
Mikroplastik juga dapat berpindah melalui rantai makanan, berpotensi memberikan dampak berbahaya bagi manusia.
Mikroplastik telah ditemukan dalam sistem pencernaan ayam dan unggas lainnya, serta dalam tubuh manusia.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan sistem pencernaan dan peradangan.
Selain itu, plastik yang terurai juga dapat mengeluarkan bahan kimia berbahaya seperti phthalates esters (PAE) ke dalam tanah.
PAE adalah zat yang digunakan dalam pembuatan plastik untuk meningkatkan elastisitas dan daya tahannya.
Zat ini dapat larut dalam tanah dan diserap oleh tanaman dan kemudian dikonsumsi oleh manusia melalui rantai makanan, menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Mikroplastik terus terakumulasi di tanah pertanian, dan pengaruh negatifnya jelas dan signifikan.
Jangka panjang
Meski seberapa besar sampah plastik di lahan pertanian, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, masih belum sepenuhnya diketahui, dampak jangka panjang dari keberadaan plastik di tanah terhadap tanaman dan manusia memerlukan perhatian serius.