Jakarta (ANTARA) - Plastik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari yang digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi, dari pembungkus makanan hingga botol minuman, dan umumnya plastik sering kali hanya digunakan sekali kemudian menjadi sampah.
Dalam skala global, Indonesia merupakan salah satu penyumbang terbesar sampah plastik, dengan estimasi mencapai 3 juta - 5 juta ton per tahun.
Sebagian besar sampah ini berakhir di tumpukan sampah, sungai, atau lautan. Di sektor pertanian, plastik juga memiliki peran yang signifikan, namun dampaknya terhadap lingkungan bisa sangat merugikan.
Di lahan pertanian, plastik sering digunakan dalam bentuk mulsa plastik dan polibag. Mulsa plastik, khususnya, membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman hortikultura dengan menutupi tanah, menjaga suhu tanah tetap stabil, dan mencegah pertumbuhan gulma.
Namun, plastik ini umumnya hanya digunakan satu atau dua kali sebelum dibuang. Setelah penggunaannya berakhir, plastik tersebut sering kali menjadi sampah yang mencemari tanah pertanian.
Selain mulsa plastik, berbagai jenis plastik lainnya dapat ditemukan di lahan pertanian, seperti sampah kontainer plastik, dan limbah plastik lainnya. Plastik juga bisa didapati dalam kompos jika bahan kompos tersebut tercemar.
Plastik yang digunakan di sektor pertanian bervariasi, mulai dari low-density polyethylene (LDPE) yang umum digunakan dalam mulsa, hingga PVC untuk pipa air, poly(ethylene terephthalate) (PET), polyurethane, dan polysterene. Setiap jenis plastik memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda ketika terpapar pada tanah.
Ketika plastik terpapar pada tanah, ia dapat mengalami pelapukan akibat panas dan hujan. Meski begitu, plastik sangat tahan lama dan hanya terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil berukuran milimeter hingga mikrometer.
Partikel kecil ini dikenal sebagai mikroplastik, yang didefinisikan sebagai potongan plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm.
Proses pelapukan plastik tergantung pada jenis plastik, tipe tanah, serta kondisi lingkungan seperti pH, suhu, dan kelembaban.
Mikroplastik ini tidak hanya mencemari tanah, tetapi juga dapat mengganggu kesehatan tanah dan tanaman.
Keberadaan plastik di tanah dapat menyebabkan perubahan yang signifikan pada sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Serat-serat plastik terkadang dapat membuat tanah lebih berpori dan meningkatkan kemampuannya untuk menahan air.
Namun, dampak terbesar dari plastik di tanah adalah pada ekosistem dan fauna tanah.
Penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dan nematoda yang mengonsumsi plastik mengalami pertumbuhan yang terhambat dan tingkat kematian yang lebih tinggi.
Konsumsi plastik oleh fauna tanah juga dapat mengganggu siklus reproduksi mereka, yang pada akhirnya mempengaruhi keseimbangan ekosistem tanah.
Dengan berkurangnya jumlah fauna tanah yang sehat, kesuburan tanah juga dapat terganggu, dan akan mempengaruhi hasil pertanian.
Mikroplastik juga dapat berpindah melalui rantai makanan, berpotensi memberikan dampak berbahaya bagi manusia.
Mikroplastik telah ditemukan dalam sistem pencernaan ayam dan unggas lainnya, serta dalam tubuh manusia.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti gangguan sistem pencernaan dan peradangan.
Selain itu, plastik yang terurai juga dapat mengeluarkan bahan kimia berbahaya seperti phthalates esters (PAE) ke dalam tanah.
PAE adalah zat yang digunakan dalam pembuatan plastik untuk meningkatkan elastisitas dan daya tahannya.
Zat ini dapat larut dalam tanah dan diserap oleh tanaman dan kemudian dikonsumsi oleh manusia melalui rantai makanan, menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Mikroplastik terus terakumulasi di tanah pertanian, dan pengaruh negatifnya jelas dan signifikan.
Jangka panjang
Meski seberapa besar sampah plastik di lahan pertanian, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, masih belum sepenuhnya diketahui, dampak jangka panjang dari keberadaan plastik di tanah terhadap tanaman dan manusia memerlukan perhatian serius.
Plastik adalah bahan yang tidak alami dan dapat bertahan lebih lama dari kehidupan manusia, sehingga dampaknya terhadap ekosistem sangat merugikan.
Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah kecil dapat memiliki dampak besar. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memisahkan sampah plastik untuk didaur ulang, dan beralih ke alternatif ramah lingkungan adalah beberapa solusi yang dapat diterapkan.
Sebagai contoh, kita bisa menggantikan penggunaan plastik dengan bahan alami seperti daun pisang untuk mengemas sayuran atau makanan.
Metode tradisional ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada plastik, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
Di samping itu, kita bisa mendukung penggunaan bahan biodegradable dan kompos yang lebih ramah lingkungan.
Inovasi dalam daur ulang plastik juga sangat penting.
Teknologi baru dapat memungkinkan plastik untuk didaur ulang dengan lebih efisien, mengubahnya menjadi produk baru yang berguna dan mengurangi jumlah plastik yang mencemari tanah dan lingkungan.
Misalnya, plastik mulsa bekas dapat dikumpulkan dan diproses menjadi bahan baku untuk produk lainnya seperti bata plastik, mengurangi kebutuhan untuk plastik baru dan mengurangi dampak lingkungan.
Selain itu, penelitian dan pengembangan dalam teknik daur ulang kimia dan biologis dapat membantu mengatasi tantangan terkait dengan pengelolaan sampah plastik.
Pendanaan dan dukungan untuk penelitian lebih lanjut tentang dampak plastik di tanah pertanian adalah sangat penting.
Memahami bagaimana plastik mempengaruhi kesehatan tanah, tanaman, dan rantai makanan manusia akan membantu dalam merancang solusi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini.
Pemerintah, industri, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengembangkan kebijakan dan praktik yang mendukung pengelolaan sampah plastik yang lebih baik.
Misalnya, kebijakan insentif untuk penggunaan alternatif ramah lingkungan dan dukungan untuk program-program pendidikan tentang daur ulang dapat memainkan peran penting dalam mengurangi dampak plastik.
Akhirnya, kesadaran dan pendidikan tentang pentingnya pengelolaan sampah plastik juga memainkan peran kunci.
Masyarakat harus diberdayakan untuk membuat keputusan yang lebih sadar tentang penggunaan plastik dan untuk berpartisipasi dalam upaya daur ulang.
Dengan mengambil tindakan bersama dan mendukung inovasi serta kebijakan yang berkelanjutan, semua dapat menciptakan masa depan yang lebih bersih dan sehat.
*) Penulis adalah Profesor Ilmu Tanah dan Lingkungan di University of Sydney, Australia.