Rumah Fatmawati kini diabadikan sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi memorabilia, mulai dari foto-foto hingga dokumen dan barang bersejarah, yang membawa pengunjung menyelami peran penting Fatmawati dalam perjalanan bangsa.
"Tempat ini kerap ramai dikunjungi, terutama saat liburan panjang," ungkap Marwan Hamanadin, pengelola Rumah Fatmawati.
Baca juga: Anggota DPD usulkan bendera untuk IKN dijahit di Persada Fatmawati
Baca juga: Museum Negeri Bengkulu gelar pameran senjata tradisional
Kontroversial
Namun, di balik keunikan dan daya tarik sejarahnya, Rumah Fatmawati juga tak luput dari kontroversi seputar lokasi museum tersebut yang dipertanyakan apakah sesuai dengan tempat tinggal aslinya.
Beberapa sejarawan dan masyarakat lokal meragukan bahwa museum ini berada di lokasi asli tempat tinggal Fatmawati pada masa lalu. Ada yang berpendapat bahwa rumah asli Fatmawati sebenarnya terletak di lokasi yang berbeda di Bengkulu dan kini sudah tidak ada lagi.
Ketidakpastian ini menimbulkan perdebatan tentang keotentikan museum tersebut sebagai tempat historis yang akurat. Namun, pemerintah setempat dan pengelola museum menyatakan bahwa meskipun terdapat perbedaan pendapat, museum ini tetap merepresentasikan kehidupan Fatmawati dan merupakan hasil dari upaya pelestarian nilai-nilai sejarah yang berkaitan dengan tokoh bangsa.
Baca juga: Seribuan pendaki Gunung Kaba Rejang Lebong bentangkan bendera raksasa
Baca juga: Jalan-jalan di Bengkulu, dari Pasar Jangkar Mas ke Wisata Hutan Mangrove
”Banyak perabotan rumah yang masih dipertahankan sesuai aslinya, termasuk tempat tidur, meja makan, dan perabot kayu lainnya yang memperlihatkan kesederhanaan hidup keluarga Fatmawati, dan saya melihat salah satu koleksi paling ikonik adalah mesin jahit yang digunakan Fatmawati untuk menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi," kata dia.
Kunjungan ke Rumah Fatmawati bukan hanya sekadar wisata sejarah, tetapi juga sebuah perjalanan menyelami semangat nasionalisme dan patriotisme yang diwariskan bagi generasi muda.
Baca juga: Festival Bhumi Belirang Rejang Lebong ajang pelestarian budaya daerah
Baca juga: Mobil klasik Antoine yang curi perhatian di tengah kota Paris