Bengkulu (Antara) - Kementerian Pariwisata menetapkan Pulau Enggano, pulau terluar di Bengkulu menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) untuk mendukung target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara pada 2019.
"Pemerintah menetapkan Pulau Enggano dan 87 kawasan lainnya di Indonesia menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional untuk meningkatkan pembangunan sektor pariwisata," kata Bidang Aksesibilitas Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata, Kementerian Pariwisata, Ramli Chandra di Bengkulu, Senin.
Saat bimbingan teknis perancangan kawasan strategis pariwisata nasional Pulau Enggano di Bengkulu, Ramli mengatakan pengembangan pariwisata Pulau Enggano menjadi salah satu fokus pemerintah pusat dalam rancangan pariwisata nasional.
Keputusan memasukkan pulau di tengah Samudera Hindia itu ke dalam Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dikarenakan potensi wisata bahari dan ekosistem khas setempat yang dapat dikembangkan menjadi destinasi baru.
"Kami mengharapkan rancangan pariwisata nasional ini ditangkap daerah sehingga terjadi sinergitas untuk membangun pariwisata Pulau Enggano," ucapnya.
Bimbingan teknis yang diikuti lintas sektor, termasuk para tokoh masyarakat dan tokoh adat Pulau Enggano yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara itu untuk menjaring aspirasi para pihak untuk menyusun rancangan induk pariwisata Pulau Enggano.
Setelah bimbingan teknis tersebut kata dia, akan dilanjutkan dengan diskusi terfokus yang melibatkan para pihak yang didanai melalui dana dekonsentrasi pemerintah pusat.
"Termasuk menyusun rancangan induk pariwisata Pulau Enggano yang akan dilelang tahun ini akan dibiayai pemerintah pusat," ucapnya.
Tokoh masyarakat Pulau Enggano, Basyir Kauno mengatakan masyarakat di pulau terluar itu sangat mendukung pengembangan pariwisata di wilayah mereka.
"Kalau pengembangan pariwisata memang sudah kami tunggu, tapi kalau membangun perkebunan di Enggano akan kami tolak mati-matian," katanya.
Masyarakat Enggano kata Basyir, mengharapkan pembangunan pariwisata di pulau seluas 40 ribu hektare itu dikembangkan berbasis ekosistem setempat, sebab persediaan air bersih di pulau tersebut sangat bergantung dengan kondisi hutan yang tersisa.
Ia mengharapkan pembangunan pariwisata Enggano tidak meminggirkan masyarakat setempat tapi berkontribusi meningkatkan perekonomian lokal sekaligus melestarikan budaya lima suku asli yang mendiami Pulau Enggano.***1***