London (Antara) - Logo Wonderful Indonesia dengan image Banyuwangi menghiasi bus tingkat yang mengelilingi kota London Inggris selama sebulan mulai 31 Oktober hingga akhir November menyambut pameran pariwisata World Travel Market (WTM) 2016.
"Indonesia telah menandatangani kesepakatan sponsor utama dengan World Travel Market London 2016, acara global terkemuka untuk industri perjalanan mempromosikan merek 'Wonderful Indonesia' pada platform global," kata Direktur Internasional Promosi Pariwisata Kementerian Pariwisata, Nia Niscaya kepada Antara London, Rabu.
Ia mengatakan Pemerintah Indonesia telah menetapkan target yang ambisius dari 20 juta pengunjung internasional pada 2019, hampir dua kali lipat dari angka tahun 2015 sebesar 10,4 juta dengan bebas visa dan perubahan aturan kapal pesiar untuk membuat mereka berkunjung lebih mudah.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan dengan menandatangani kesepakatan sponsorship pendaftaran dengan WTM London akan membantu menyoroti atraksi dan fakta bahwa mengunjungi sekarang lebih mudah.
"WTM adalah pasar perjalanan global terbesar, yang paling penting di dunia. Dengan WTM ini jangkauan yang tak tertandingi, 50.000 profesional wisata dari 183 negara pada tahun 2015, dan kemampuannya untuk menghasilkan bisnis, Indonesia menganggap WTM sebagai pameran yang 'harus dihadiri'," katanya.
Ia mengatakan WTM memungkinkan Indonesia mempromosikan pesan Wonderful Indonesia dengan biaya-efektif dan efisien dan cara untuk pengambil keputusan dan influencer dari seluruh dunia.
Sekitar 150 delegasi dari 53 perusahaan industri pariwisata di Indonesia akan menghadiri WTM London yang akan berlangsung dari 7 hingga 9 November 2016 untuk mempromosikan atraksi seperti liburan pantai di Bali, Situs Warisan Dunia UNESCO di Candi Borobudur dan Candi Prambanan di Jawa, wisata menyelam di Raja Ampat di Papua, olahraga golf, spa dan wisata belanja di Jakarta dan Bandung.
Arief mengatakan Indonesia siap menyambut dunia dengan visa gratis pada saat kedatangan untuk warga hampir semua negara bandara baru dan pelabuhan yang dibangun atau ditingkatkan di seluruh negeri dan peraturan kapal pesiar disederhanakan untuk mendorong pertumbuhan jelajah di Nusantara unik pulau 13.000 plus.
Menurut dia, pemberian lebih banyak wisatawan akses gratis berarti Indonesia akan kehilangan sekitar 11.300.000 dolar AS dari biaya visa setiap tahun, tetapi langkah itu diharapkan akan dapat menarik tambahan 450.000 turis asing per tahun, menghasilkan tambahan 500 juta dolar AS dalam pendapatan devisa tambahan.
Selanjutnya, jumlah pengunjung adalah melihat pertumbuhan dua digit, dengan angka 2.015 kedatangan 10,4 juta menjadi lebih dari 10 persen pada tahun 2014. Jumlah wisatawan Inggris mencapai 280.000, meningkat lebih dari 21 persen pada 2014, dan 2016 angka menunjukkan pertumbuhan yang besar.
"Kementerian mengakui pentingnya pasar Inggris dan Uni Eropa dalam membawa pengunjung yang menginap rata-rata 10 hari atau lebih dengan pengeluaran yang besar dan bukan hanya di Bali tetapi juga objek budaya dan alam yang dapat ditemukan di seluruh Nusantara dengan 13.000 pulau tropis," katanya.
Upaya branding dan promosi di seluruh Asia Pasifik dan Timur Tengah, ada banyak rencana untuk meningkatkan upaya promosi pariwisata di pasar utama Eropa termasuk roadshow pemasaran di Inggris dan Eropa dengan mitra dagang perjalanan dan maskapai penerbangan serta fam tur ke Indonesia dan promosi konsumen dalam perjalanan dan gaya hidup publikasi utama.
Dengan berpartisipasi dalam WTM 2016 dan bekerja sama dengan mitra dalam industri perjalanan, media dan maskapai penerbangan kementerian mengharapkan 2016 akan menjadi tahun terbaik yang pernah dan akan terus kedatangan internasional di jalur untuk mencapai rekor 20 juta pada 2019.
Direktur Senior WTM London Simon Press menyebutkan WTM London dengan suka cita menyambut Indonesia sebagai sponsor pendaftaran pada 2016. WTM menawarkan pariwisata yang sangat beragam dan membuat perubahan positif untuk menarik jutaan pengunjung.
"Profil WTM London yang tinggi akan membantu untuk mencapai tujuan yang ambisius," kata Simon Press. ***1***