Ratchaburi (Antara/Reuters) - Dua bayi orangutan Sumatera, yang diselamatkan petugas perbatasan, yang menggagalkan upaya menyelundupkan mereka ke Thailand, tiba di pusat satwa liar pada Rabu, untuk menetap hingga Indonesia memutuskan pemulangan mereka, kata pejabat.
Saat keluar dari kandang, pendatang baru itu menggosok hidung dengan sepasang bayi orangutan lain, yang sudah tinggal di tempat tersebut.
Mereka dimandikan sebelum menjelajahi lingkungan baru mereka, selalu saling berpelukan.
"Karena mereka masih kecil, kami harus menjaga keduanya di dalam kandang perawatan, karena mereka memerlukan perhatian saksama," kata Banpot Maleehuan, direktur Pusat Pembiakan Satwa Liar Khao Pratab Chang di Thailand tengah.
Satwa berumur dua tahun itu, satu laki-laki dan satu perempuan, akan tinggal di tempat tersebut hingga perkara di pengadilan selesai dan Indonesia memutuskan apakah akan membawa mereka kembali, tambahnya.
Primata itu termasuk kelompok satwa diselamatkan pada Juni di pemeriksaan pabean Padang Besar di perbatasan dengan Malaysia, dan seorang warga Malaysia ditangkap karena berusaha menyelundupkan mereka, kata media.
Orangutan, mamalia terbesar pemanjat pohon, dinyatakan sangat terancam oleh Konvensi Perdagangan Jenis Langka Dunia (CITES).
Mereka asli Indonesia dan Malaysia, dengan sekitar 60.000 tersisa di hutan hujan Kalimantan dan Sumatera, kata perkiraan Dana Satwa Liar Dunia (WWF), turun dari sekitar 230.000 hewan pada seabad lalu.
Penggundulan hutan dan pembukaan lahan untuk bubur kertas, kertas dan minyak sawit menghabiskan tempat hidup orangutan, yang berarti "orang hutan" dalam bahasa Melayu. Kebakaran sering dilakukan perusahaan untuk membersihkan lahan tersebut.