Lombok Tengah (Antara) - Usnawati (25) seorang tenaga kerja Indonesia asal Dusun Tunjang, Desa Persiapan Tunjang Sari, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah meminta pertolongan suaminya agar segera dipulangkan dari Suriah.
Suami Usnawati, Zaenal Arifin mengaku istrinya terus menangis dan meminta pertolongan agar segera dipulangkan ke tanah air. Pasalnya, di tempatnya dipekerjakan merupakan negara konflik Suriah, bukannya di Arab Saudi sesuai dengan janji tekong yang memberangkatnya.
"Terakhir ada 20 hari lalu saya berkomunikasi bersama istri melalui telepon, sekarang sudah tidak bisa," kata Zaenal Arifin saat dihubungi melalui telepon, Senin.
Diakui Zaenal, selama berkomunikasi istrinya selalu dilanda ketakutan, karena tempat bekerjanya di daerah perang di negara Suriah. Apalagi, setiap hari sang istri harus pasrah mendengar suara ledakan bom.
"Pas di telepon itu minta pulang terus. Karena takut," ujarnya.
Pada awalnya, pihak keluarga tidak mengetahui kalau istrinya ternyata dipekerjakan di Suriah. Sebab, oleh tekong istrinya dijanjikan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi bukan Suriah.
"Kalau kita tahu dari awal, pasti saya tidak izinkan berangkat. Karena kami percaya istri (Usnawati) bekerja di Arab Saudi. Tapi kenyataannya tidak demikian," terangnya.
Zaenal mengungkapkan, istrinya berangkat menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) pada bulan Agustus 2017 melalui Lombok Internasional Airport (LIA) menuju Jakarta. Sesampai di Jakarta, istrinya dibawa menuju Bogor, Jawa Barat.
Sebelum diberangkatkan, dirinya di telepon istri sedang berada di Bogor selama tiga hari atau lima hari sebelum berangkat ke negara tujuan. Saat terbang melalui Jakarta, dirinya ditelepon bahwa istrinya sudah berada di Malaysia untuk naik pesawat menuju Turki.
"Istri sempat telepon kalau sudah berada di Turki. Tapi setelah dari Turki, tahu-tahu sudah berada di Suriah," jelas Zaenal menceritakan perjalanan istrinya hingga sampai di Suriah.
Atas persoalan ini, Zaenal Arifin meminta kepada perusahaan dan tekong yang memberangkatkan istrinya untuk memulangkan. Karena, istrinya sudah tidak aman lagi bekerja di Suriah.
"Kami minta perusahaan secepatnya pulangkan istri saya," ucapnya.
Atas persoalan ini, pihak keluarga lanjut Zaenal tidak terima dengan cara-cara yang dilakukan perusahaan yang memberangkatkan istrinya tersebut. Meski demikian dirinya tidak tahu perusahaan yang memberangkatkan istrinya.
"Saya minta kepada tekong dan perusahaan jangan buat keluarga kami seperti ini," katanya.
Karena itu, pihaknya berharap ada bantuan dari pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi, termasuk pemerintah Indonesia agar membantu kepulangan istrinya.
"Permintaan kami sekeluarga agar Isnawati dipulangkan dari Suriah," tandasnya. ***4***