Pekanbaru (ANTARA) - Arena menembak PON XVIII di Rumbai, kerap menjadi sorotan. Sebelum PON digelar, banyak pihak yang meragukan kalau pengerjaan bangunan di arena menembak mampu terkejar.
Bahkan pada 8 Agustus lalu, delegasi teknik melaporkan kepada PB PON dan KONI Pusat bahwa arena menembak tidak memenuhi standar International Shooting Sport Federation (ISSF) dan tidak layak untuk PON.
Pengakuan rekor yang nantinya tercipta pun menjadi pertanyaan. Hasil pertandingan dipastikan diakui sebagai rekor PON, namun untuk rekor nasional, belum tahu.
Dan nyatanya pertandingan menembak "dipaksa" tetap dilaksanakan di arena menembak Rumbai yang belum jadi itu, mulai Kamis. Sebelumnya ada wacana agar cabang menembak dipindahkan di arena menembak Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan, yang telah digunakan pada SEA Games 2012.
Namun wacana itu tak berterima, dan PB PON memilih untuk memaksakan penyelenggaran cabang menembak tetap dilaksanakan di Rumbai.
Maka sejak 5 Agustus, Perbakin mengerahkan pekerja bantuan untuk "mengejar" penyelesaian bangunan yang masih karut-marut.
Hingga Jumat (7/9), ternyata pengerjaan bangunan tak kunjung selesai. Lapangan 25 meter belum bisa digunakan karena belum dipasang alat, sedangkan di lapangan 50 meter masih dilakukan uji coba oleh teknisi.
Di sebelahnya, "final hall" masih dalam pengerjaan konstruksi. Arena yang akan digunakan untuk final semua nomor itu belum benar-benar tertutup, padahal seharusnya tidak boleh ada sinar matahari yang masuk. Alat-alat pun belum terpasang. Hanya lapangan 10 meter saja yang sudah bisa digunakan.
Akhirnya, karena arena menembak belum siap digunakan, para atlet yang sudah mulai berdatangan sejak awal September harus mengambil inisiatif sendiri dengan berlatih di tempat lain.
Kontingen menembak Jawa Timur, misalnya. Mereka yang sudah tiba di Pekanbaru, Riau sejak 1 September, terpaksa berlatih di Markas Komando Brimob, karena arena menembak yang mulai dibangun akhir 2011 masih belum kelar.
Serba minimal
Dari segi bangunan, arena menembak Rumbai memang bukan gedung yang sudah jadi. Di beberapa bagian pekerjaan kontruksi masih dilakukan, namun pihak terkait mencoba menyelesaikan instalasi yang menunjang pertandingan.
"Dengan kondisi minimal mau tidak mau kita optimalkan. Kalau standar ya memang tidak (memenuhi standar) internasional," kata Delegasi Teknik, Sita Razni.
Tetapi, apa yang dikhawatirkan banyak pihak akhirnya terjadi. Sehari sebelum pertandingan digelar, dinding di belakang sasaran lintasan 5A pada lapangan 25 meter tertembus peluru hingga bolong.
Hal ini tentu saja melanggar standar keamanan karena bisa membahayakan jika ada aktivitas di luar gedung.
Akibat kejadian tersebut, latihan terakhir yang saat itu sedang digelar terpaksa dihentikan sejak pukul 10.00. Panitia langsung melapisi belakang tembok dengan plat baja di sekeliling lapangan 25 meter dan 50 meter.
Menurut Sita, di belakang sasaran tembak idealnya tidak hanya di pasang peredam tumpukan karung yang berisi pasir dan satu lapis dinding saja tetapi dipasang dua lapis tembok yang dipisahkan tumpukan karung pasir, atau dilapisi kayu dolken dan bisa juga plat baja.
Manajer Kontingen menembak DKI Jakarta, Fahira Fahmi Idris, mengeluhkan kejadian itu, karena merugikan atlet yang ingin berlatih.
"Bagi atlet, hari ini adalah hari yang sangat berharga untuk mempersiapkan diri. Bayangkan, besok pertandingan, ini latihan resmi terakhir," kata Fahira yang juga menyayangkan lambatnya pengerjaan pemasangan plat baja dari pihak yang bertanggungjawab.
Pada saat kunjungan untuk menyaksikan pertandingan menembak, Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng, mengatakan persoalan dinding yang bolong hanya persoalan karung peredam berisi pasir yang harus selalu dicek setiap waktu.
"Itu semua tidak mengganggu jalannya pertandingan. Semua sudah siap dan berjalan dengan baik meskipun kemarin ada laporan dinding bolong tetapi sudah diatasi," kata Andi.
Tidak berjalan lancar
Meskipun masalah dinding bolong sudah diatasi dengan melapis plat baja, namun masalah di arena menembak belum juga berhenti.
Pada pertandingan di hari pertama, Kamis (13/9), yang mempertandingkan nomor 25 meter Pistol Putri, 50 meter Rifle Prone Putra dan 10 meter Pistol Putra junior dan senior mengalami kendala sehingga "mengacaukan" jadwal yang sudah ditetapkan.
Final nomor 25 meter Pistol Putri molor sekitar tiga jam akibat penghitungan manual yang memakan waktu lama. Lalu, saat final akan dimulai, ternyata mesin komputer pembaca angka hasil bidikan di "final hall" sempat macet berkali-kali.
Salah satu atlet yang "apes" mengalami gangguan tersebut adalah Onny Rajaloa, atlet asal Jawa Timur. Saat awal final, angka hasil bidikan di mesin komputer di lintasan Onny tidak berfungsi. Sehingga final sempat tertunda, karena harus dilakukan perbaikan. Onny melakukan percobaan hingga berkali-kali sampai mesin dinyatakan berfungsi dan dapat membaca hasil bidikannya, sementara atlet lain menunggu.
"Kalau secara pribadi sudah coba berjuang, tetapi secara psikis tadi sangat mengganggu karena di nomor ini saya menargetkan emas. Dibilang kesal ya kesal," kata Onny yang akhirnya gagal mempertahankan medali emas di nomor tersebut yang diperolehnya pada PON 2008 lalu.
Bagaikan efek domino, tertundanya final 25 meter akibat mesin yang macet membuat final nomor 50 meter Rifle Prone Putra ikut molor hingga hari menjelang gelap, sekitar pukul 17.30. Karena di zona menembak pada "final hall" tidak berlampu, maka juri banding, delegasi teknik, dan direktur pertandingan memutuskan untuk menunda final pada Jumat (14/9) siang.
"Suasana tidak menunjang, gelap, karena tidak ada lampu," kata Juri Banding, Silvia Gani, di "final hall" Arena Menembak, Kamis.
Menurut Silvia, "final hall" seharusnya berlampu sehingga arena bisa digunakan untuk pertandingan kapanpun.
"Tetapi anda tahu sendiri gedungnya serba minimal," katanya.
Pertandingan menembak yang menggelar 17 nomor pertandingan masih akan berlangsung hingga Senin (17/9) mendatang.
Pertandingan hari pertama yang berjalan tidak mulus itu adalah bukti bahwa arena menembak berkapasitas 500 penonton itu belum siap untuk menjadi arena PON XVIII/2012.
Itu akibat pembangunannya yang asal jadi!(ant)
Akibat "asal jadi" di arena menembak
Jumat, 14 September 2012 13:02 WIB 3322
Suasana tidak menunjang, gelap, karena tidak ada lampu..."