"Gunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar". Itu salah satu pesan yang tertulis di dinding sebelah papan tulis di salah satu kelas sebuah sekolah dasar negeri di Kota Bengkulu.
Upaya pihak sekolah tersebut mungkin untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik agar menggunakan bahasa Indonesia pada tempatnya.
Sebab, di Kota Bengkulu bahasa keseharian menurut Kepala Kantor Bahasa Bengkulu Hidayatul Astar adalah Melayu Bengkulu.
Bahasa Melayu Bengkulu itu pun digunakan anak-anak di lingkungan sekolah, bahkan di dalam kelas pun mereka menggunakannya.
Terlepas dari penggunaan bahasa daerah yang juga sebagai kekayaan bahasa di Tanah Air, belakangan penggunaan bahasa Indonesia kian memudar terutama dari sisi menulis dengan ejaan yang disempurnakan (EYD).
Jangankan di tingkat sekolah dasar, pada level mahasiswa pun penggunaan bahasa Indonesia dengan EYD termasuk pemakaian tanda baca tidak merata.
Sejumlah mahasiswa yang membuat tulisan dalam praktik kerja lapangan, masih ada yang menulis kata depan disatukan dengan kata yang mengikutinya.
Belum lagi penggunaan tanda baca, huruf kapital serta nama-nama daerah apakah disambung atau tidak.
Menyikapi persoalan tersebut, Hidayatul Astar menjelaskan penggunaan bahasa Indonesia tidak harus dalam kehidupan sehari-hari, karena akan mengganggu dalam berkomunikasi.
"Jika di rumah, gunakan bahasa ibu. Seperti saya ketika pulang kampung dan berkumpul dengan kawan-kawan ketika kecil, ya gunakan bahasa Minang," terang dia.
Begitu pula di Kota Bengkulu, yang juga ada tiga bahasa yakni bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Bahasa daerah, lanjut dia, harus tetap dilestarikan karena merupakan alat komunikasi paling efektif di wilayah tertentu.
Sedangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yang penggunaannya lebih ditekankan pada acara-acara resmi serta di dunia pendidikan.
Sementara bahasa asing dipelajari guna mempercepat mengetahui dunia luar, karena bahasa merupakan jendela dunia.
Terkait penggunaan bahasa indoesia, Astar mengatakan lebih banyak digunakan dalam bentuk tulis, sebab penggunaan bahasa indonesia secara baik dan benar dalam percapakan terkadang justru menghambat komunikasi.
Saat berbicara di forum resmi terkadang harus diselingi dengan istilah-istilah baik asing maupun daerah serta populer yang belum terserap ke dalam bahasa indonesia.
Seorang mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Kota Bengkulu, Zulkarnaen mengakui di kampus pun bahasa daerah yang digunakan dalam percakapan dengan teman bahkan terkadang dengan pengajar.
"Tetapi kalau di kelas tetap menggunakan bahasa Indonesia. Kadang juga terselingi dengan bahasa daerah," kata dia.
Menyinggung penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, ia pun mengakui belum memahami seperti apa yang dimaksud.
"Saya baru tahu ketika diskusi dengan jurnalis yang setiap hari menulis. Ternyata selama ini yang saya lakukan salah. Karena tidak membedakan awalan atau kata depan dalam penulisan, belum lagi penggunaan singkatan, tanda baca serta huruf kapital," terang dia.
Ia pun akhirnya menuruti lawan bicaranya tersebut untuk membeli buku terkait penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan ejaan yang disempurnakan.
Sosialisasi
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu Hidayatul Astar mengatakan, pernah ada masukan dari guru bahasa Indonesia di salah satu SMA di Kabupaten Bengkulu Utara bahwa seluruh guru semestinya menggunakannya.
Guru tersebut mengeluhkan karena guru mata pelajaran lain ketika mengajar tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Mereka yang bukan guru bahasa Indonesia seenaknya menggunakan tanda baca, misal dengan tanda seru beberapa buah dan lainnya," kata dia menceritakan kembali keluhan guru bahasa itu.
Karena itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi yakni untuk menempatkan penggunaan bahasa indonesia pada tempatnya yang sesuai.
Sementara itu, pada tingkat pelajar dan mahasiswa kendalanya yakni pencampuran bahasa daerah ke dalam percakapan resmi seperti penggunaan kata "kami".
"Kami" yang dimaksud di Kota Bengkulu yakni "saya" yang lebih halus dibandingkan 'ambo'. Namun dalam bahasa Indonesia "kami" merupakan bentuk jamak atau lebih dari satu orang (bukan hanya saya).
Memperingati bulan bahasa, Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan Peningkatan Sikap Positif Siswa/Mahasiswa/Generasi Muda terhadap bahasa Indonesia melalui Gerakan Cinta Bahasa Indonesia.
Sejumlah pelajar dari perwakilan seluruh SMA di Kota Bengkulu serta mahasiswa diundang untuk mengikuti acara tersebut, termasuk melakukan aksi membagikan stiker serta bunga pada peringatan bulan bahasa.
Stiker yang dibagikan yakni bertuliskan "Bahasa Mencerminkan Karakter Bangsa", Gerakan Cinta Bahasa Indonesia serta teks Sumpah Pemuda yang benar.
"Kami membagikan teks Sumpah Pemuda yang benar dengan ejaan yang disempurnakan," kata Astar.
Teks Sumpah Pemuda yang dimaksud yakni "Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia".
Meski giat mengajak generasi penerus memahami serta menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, ujarnya, namun sebagai kantor bahasa pun tetap mengawal agar bahasa daerah jangan sampai punah karena merupakan keragaman dan kekayaan Indonesia. (ant)
Penggunaan Bahasa Indonesia hanya pada kegiatan resmi
Rabu, 24 Oktober 2012 15:01 WIB 5253
Teks Sumpah Pemuda yang dimaksud yakni "Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku menjunju