Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Dua ekor gajah Sumatra (Elephas maximus Sumatrae) yang sebelumnya dibina manajemen wisata Pasir Putih Pantai Panjang Kota Bengkulu ditranslokasi atau dipindahkan ke Pusat Konservasi Gajah Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.
Manajemen wisata itu memutuskan memindahkan dua gajah tersebut setelah seekor di antaranya yakni gajah jantan bernama "Dino" menyerang seorang warga hingga tewas pada awal September 2012.
Koordinator Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat Bengkulu Utara Erni Syanti Musabine mengatakan bahwa dua ekor gajah tersebut, yakni Dino dan Natasha, masing-masing berumur 23 dan 22 tahun ditranslokasi ke PKG Seblat bersama mahout atau pawang.
"Kami masih melakukan pengamatan perilaku dua ekor gajah asal Lampung itu karena sudah 17 tahun berada di bawah binaan manajemen wisata Pasir Putih," katanya di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan bahwa masa-masa awal adaptasi sangat penting sebab selama ini dua ekor gajah itu hidup di wilayah pesisir dan tidak berada dalam lingkungan populasi gajah.
Saat ini, terdapat 19 ekor gajah binaan di PKG Seblat sehingga dengan bertambahnya dua ekor gajah asal Way Kambas itu. Dengan demikian, jumlah gajah menjadi 21 ekor.
"Untuk sementara dua mahout atau pawang juga tinggal di PKG Seblat untuk proses adaptasi karena gajah tidak mudah berganti pawang," ujarnya.
Suyanti juga menambahkan, dengan kehadiran dua ekor gajah tersebut, dana untuk pembelian pakan akan bertambah sebab seekor gajah membutuhkan dana Rp70 ribu per hari hanya untuk pakan.
Selain itu, manajemen Pasir Putih hanya menempatkan dua mahout di PKG Seblat hingga 31 Oktober untuk proses translokasi dan adaptasi satwa langka itu.
"Kami belum tahu siapa pawang yang akan menangani karena manajemen Pasir Putih akan menarik mahout pada tanggal 31 Oktober, sementara untuk menggaji pawang baru kami tidak ada dana," ujarnya.
Koordinator Mahout PKG Seblat Mahyudin mengatakan bahwa proses adaptasi mulai dari makanan. Biasanya gajah tersebut memakan pelepah kelapa berganti menjadi pelepah kelapa sawit seperti gajah lainnya di PKG Seblat.
"Mulai dari makanan sampai ke proses adaptasi hidup bersama puluhan ekor gajah lainnya karena selama 17 tahun dua gajah ini hidup di Pantai Panjang," katanya.
Mengenai pawang yang akan membina gajah tersebut, Mahyudin belum dapat memastikan sebab proses adaptasi masih berlangsung.
Selain itu, kata dia, yang perlu diwaspadai adalah perilaku menyerang dari gajah tersebut hingga membuat seorang warga tewas.
"Sebab, gajah cenderung mengulang perilakunya, ini yang paling diwaspadai para pawang disini sehingga mereka sedikit was-was dengan kehadiran gajah Dino," katanya. (ANT)
