Kerinci (ANTARA) - Pabrik teh Kayu Aro di lereng Kerinci adalah simbol keteguhan waktu. Kini genap berusia satu abad. Usia yang tidak lagi muda.
Dari hamparan kebun teh seluas 2.126 hektare, begitu banyak masyarakat sekitar menggantungkan ekonomi keluarganya.
Sebagai pekerja sejak awal lahan dibuka dan pabrik didirikan 100 tahun silam oleh kolonial Belanda, hingga kini menjadi tempat penopang ekonomi ribuan warga secara turun temurun.
Hamparan hijau kebun teh di lereng kaki Gunung Kerinci itu. Bagi masyarakat sekitar merupakan mata pencarian utama.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi terjadi pengurangan tenaga buruh digantikan menggunakan mesin, semisal pekerja juru petik daun teh.
Dulu sempat karyawan dan pekerja kebun teh yang dikelola PTPN IV Regional 4 sampai 1000-an, tapi kini sekitar 300-an pekerja kebun. Tentu atas pertimbangan realitas dan bisnis oleh pihak perusahaan.
Keberadaan kebun teh telah membuat geliat ekonomi di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh.
Warung-warung masyarakat hidup karena banyak aktivitas pekerja dari kebun. Apalagi gaji pekerja bisa dua kali sebulan, yakni selain terima gaji pokok dan ada pula bonus dari kelebihan dari capaian target.
Pagi di penghujung September 2025, pekerja terlihat mengangkut hasil panen teh menggunakan sepeda motor.
Suara knalpot brong menderu dari lembahan hamparan kebun teh. Seiring dengan suara itu, sejumlah pekerja terlihat mengangkut hasil panen teh menggunakan sepeda motor.
Dari tengah hamparan lahan hijau itu, sehingga semua berpindah ke pinggir jalan utama. Kegiatan itu disebut dengan 'ngerandong'.
Meswanto salah seorang pekerja baru saja menyelesaikan rutinitas panen dan lansir di Afdeling B. Pekerjaan rutin yang sudah dia jalani selama empat tahun terakhir.
Proses panen kini sudah menggunakan mesin potong mini. membuat kerja menjadi cepat, mudah dan efektif dengan klasifikasi baku teh yang harus di panen. Penggunaan alat tersebut sudah berjalan semenjak satu tahun terakhir.
Bersama tim kerja, ia memulai pekerjaan dari pukul 07.00 WIB, setiap kelompok diberi tanggung jawab yang sama.
Seperti pagi ini, tepatnya pada penghujung September 2025, Meswanto bersama enam orang teman lainnya menyelesaikan panen di 40 bedengan.
Tanggung jawab yang diberikan harus dilaksanakan demi mengejar target dan mendapatkan premi perusahaan.
Meski mereka berstatus Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), namun soal hasil diterima bisa berbeda. Tergantung pada tingkat produktifitas di lapangan memenuhi target.
"Mesinnya kecil, inilah yang digunakan untuk memangkas pucuk teh. Setelah sampai rumah di cas tambah daya, paginya di pakai lagi. Teh yang sudah masuk karung dilangsir sebelum di timbang dan diangkut," ungkapnya.
Cerita pekerja dari keturunan ketiga, Sabar (70) dia ketika usianya beranjak 20 tahun (1975), Sabar memutuskan bekerja, sama seperti yang pernah dilakoni oleh kedua orang tua dan pendahulunya.
Awal bekerja, ia diberi tugas sebagai juru petik bersama ribuan karyawan dan pekerja di perkebunan yang kini menjadi unit usaha Kayu Aro di bawah kendali PTPN IV regional 4.
Sabar mengatakan, keberadaan kebun dan pabrik teh menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat yang menggantungkan masa depan di perusahaan teh tertua di Indonesia yang masih beroperasi hingga kini.
Penghasilan dari situlah, Sabar mampu mencukupi kebutuhan hidup bersama keluarga.
