Bengkulu (ANTARA) - Bank Indonesia memprediksi kondisi kemarau yang cukup panjang sampai mendekati akhir tahun akan mendorong posisi inflasi lebih tinggi dari perkiraan semula.
Kepala tim advisory dan pengembangan ekonomi BI Perwakilan Bengkulu, Rif'at Pasha, di Bengkulu, Kamis, mengatakan inflasi dengan mengabaikan kemarau diroyeksikan pada 3,17 persen namun kalau memperhitungkan dampak kemarau, perkiraan inflasi menjadi 3,67 atau 3,70 pada triwulan IV 2019.
"Musim kemarau yang lebih panjang, selain berdampak terhadap produksi hasil pertanian juga pada harga, inflasi jadi meningkat," kata dia.
Bengkulu diprediksi akan mengalami kemarau yang cukup panjang sekitar delapan bulan sejak April sampai November 2019.
Kondisi itu kemudian menyebabkan menurunnya kinerja sejumlah sektor produksi pertanian, akibatnya produksi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar.
"Contohnya cabai merah, seharusnya pada triwulan ketiga ini produksi lebih banyak, tetapi karena kemarau malah sebaliknya, dan harganya jadi melonjak," katanya.
Selain cabai merah, beberapa produk pertanian yang juga diperkirakan menjadi sumber inflasi seperti, cabai rawit dan bawang merah.
"Beras juga menunjukkan peningkatan harga yang cukup signifikan, tetapi masih sesuai dengan pola historis," ujarnya.
Kemarau dorong inflasi Bengkulu lebih tinggi
Kamis, 22 Agustus 2019 18:11 WIB 1507