Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, secara terus menerus mengintensifkan kegiatan penertiban perambah karena hutan lindung di daerah itu semakin berkurang.
Kawasan hutan lindung yang berlokasi di kaki Bukit Barisan itu satu-satunya sebagai sumber air puluhan anak sungai di Bengkulu, kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bengkulu Tengah, Durani, Selasa. Ia menjelaskan, dari luas kawasan hutan lindung di Bengkulu Tengah 26.540 hektare, saat ini telah dirambah sekitar 3.000 an hektare.
Perambah pada umumnya menanam kopi, kayu manis dan tanaman buah seperti durian, petai dan jengkol, namun akhir-akhir ini mulai menanam kelapa sawit. Jika kawasan hutan itu ditanami kelapa sawit akan merusak ekosistem hutan, bahkan seluruh anak sungai dikhawatirkan bisa kehabisan air. "Oleh sebab itu, kami meningkatkan operasi ke kawasan itu dengan melibatkan tim terpadu untuk menangani ratusan kepala keluarga perambah hutan," ujar Durani.
Kawasan hutan lindung mulai gundul itu terjadi di wilayah Desa Susup, Kecamatan Lubuk Unen dan sekitarnya, terlebih daerah itu ada jalan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi yang menghubungkan Desa Susup-Kepahiang. Perambahan hutan itu juga disertai pembalakan kayu lewat pertambangan batubara di kaki Gunung Bungkuk di wilayah itu, tutur Durani.
Petugas Kehutanan Bengkulu Tengah Sukirno menambahkan, pihaknya setiap operasi memeregoki warga mencuri kayu di sekitar tambang batubara. Mereka menggunakan tenaga kerbau untuk mengangkut kayu hasil curian itu ke lokasi tambang batubara.
Dari tambang itu baru diangkut menggunakan truk melalui jalan tambang sampai ke pelanggan di Bengkulu tengah dan Kota Bengkulu. Hingga saat ini ratusan meter kubik kayu tanpa dokumen diamankan di kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan di Kecamatan Taba Penanjung setempat, ujarnya.(Z005)