Bengkulu (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Susilawaty menyebut pandemi COVID-19 tak menghambat upaya pencegahan stunting di daerah itu meskipun sarana pelayanan kesehatan sempat ditutup beberapa waktu.
Kata dia, sejak awal pandemi COVID-19 pihaknya telah menyusun skema pencegahan stunting dengan cara memperkuat peranan kader Posyandu khususnya untuk memantau kesehatan ibu hamil melalui grup media sosial.
"Walaupun kemarin Posyandu sempat ditutup tetapi pelayanan untuk semua ibu hamil tetap dibuka dan semua fasilitas kesehatan maupun bidan koordinator ada grup komunikasi jadi semua ibu hamil terpantau semua," ucapnya di Bengkulu, Selasa.
Ia menambahkan, saat ini pelayanan kesehatan seperti Posyandu sudah mulai dibuka kembali namun harus menetapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19.
Menurutnya, pemantauan kesehatan ibu hamil untuk mencegah stunting itu meliputi pemantauan gizi ibu hamil hingga semester ketiga, pemberian tablet penambah darah dan pemantauan pemberian ASI eksklusif bagi ibu menyusui.
Kemudian pihaknya juga memantau perkembangan kesehatan bayi dan balita melalui pemberian vitamin A bagi bayi dan balita, pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita melalui Posyandu.
Selain itu, Susilawaty mengaku pihaknya belum bisa membeberkan rincian data kasus stunting di Kota Bengkulu pada 2020, karena data tersebut baru bisa dirilis pada akhir Agustus mendatang.
Namun jika melihat data kasus stunting 2019, angka kasus stunting di Kota Bengkulu sebesar 4,7 persen dari 2008 jumlah bayi dan balita dan angka tersebut jauh di bawah standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yaitu 20 persen.
Dari 4,7 persen tersebut delapan orang anak masuk kategori sangat pendek, 86 orang pendek sehingga total kasus stunting mencapai 94 orang yang tersebar di sembilan kecamatan di Kota Bengkulu.
"Kalau data yang 2020 belum bisa kita lihat sekarang, tetapi kalau data yang 2019 itu angka stunting kita di bawah 20 persen, jadi kita termasuk yang kecil," demikian Susilawaty.