Denpasar (Antara Bengkulu) - Pengamat agama, adat, dan pariwisata Bali Dr Ketut Sumadi mengingatkan para pramuwisata (guide) dalam mengantar dan mendampingi wisatawan berlibur di Pulau Dewata agar menjunjung tinggi norma dan budaya setempat.
"Dalam mengemban tugas itu menjaga sakralitas semua pernik kehidupan keberagamaan dalam mendukung pengembangan pariwisata kerakyatan berkelanjutan," kata dosen Fakultas Dharma Duta Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar, Sabtu.
Bali dalam mengembangkan pariwisata yang kini menjadi tumpuan harapan sebagian besar masyarakat setempat telah memberdayakan modal budaya sebagai daya tarik wisata.
"Masyarakat Bali ingin menjaga citra dan menunjukkan identitas budaya kepada masyarakat mancanegara," ujar Ketut Sumadi.
Ketut Sumadi menambahkan bahwa kekayaan multikultural yang diwarisi masyarakat Bali dalam pengembangan pariwisata memiliki arti strategis, mengingat pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata budaya.
Dari hasil penelitian (Ardika: 2002 dan Pitana: 2005) menyebutkan motivasi kedatangan wisatawan ke Bali lebih banyak karena tertarik menyaksikan pernik tradisi dan kebudayaan Bali.
Oleh sebab itu kebudayaan Bali terus dipromosikan dalam merebut pasar wisata, sehingga peraturan daerah (Perda) Pariwisata Budaya telah melahirkan industri budaya.
"Budaya tidak bisa lepas dari ekonomi politik dan produksi kebudayaan oleh perusahaan-perusahaan kapitalis," ujarnya.
Dalam situasi seperti itu ideologi pasar dapat mempengaruhi kultur masyarakat, khususnya menyangkut tekanan ide dan praktik pasar yang mempercepat proses komodifikasi.
Pengaruh pasar menjadi lebih kuat sejalan dengan terikatnya penduduk ke dalam suatu tatanan yang lebih luas ke dalam suatu gagasan, nilai, dan praktik yang bersifat nasional.
Dengan demikian akan terjadi perubahan yang disebut sebagai ekspansi pasar, yakni suatu perubahan pusat kekuasaan ke pasar dalam penataan sistem sosial. Orientasi tidak hanya bersifat nasional, namun meluas ke global dengan serangkaian nilai dan norma baru.
Sumber daya yang dapat dimobilisir jauh lebih luas, seperti modal dan sumber daya manusia (SDM). (Antara)
Pengamat ingatkan pramuwisata soal budaya
Sabtu, 31 Agustus 2013 18:09 WIB 1157