Baghdad (Antara/Reuters) - Sejumlah orang bersenjata menembak mati 16 anggota keluarga Syiah sebelum meledakkan dua rumah tetangga mereka di daerah sebelah selatan Baghdad, ibu kota Irak, kata polisi dan petugas medis, Rabu.
Serangan itu berlangsung di kota Latifiya, 40 kilometer sebelah selatan Baghdad. Korban tewas mencakup enam anak dan delapan wanita.
"Orang-orang bersenjata memasuki rumah kami pada tengah malam dan menembak ayah saya empat kali di kepala, mereka membunuh dua saudara laki-laki saya, mereka membunuh keponakan saya, mereka menembak siapa pun yang mereka lihat, saya melarikan diri dari pintu belakang," kata Haneen Mudhhir, sambil menangis di rumah sakit.
Belum jelas siapa yang melancarkan serangan itu, namun militan Sunni, termasuk anggota Al Qaida, sering menyerang orang Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam.
Dalam insiden terpisah, serangan bom bunuh diri terhadap sebuah markas kepolisian di kota Mosul, Irak utara, menewaskan lima pllisi pada Rabu pagi. Ledakan bom pinggir jalan juga menghantam pasukan patroli di Tarmiya, sebelah utara Baghdad, menewaskan lima prajurit.
Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.
Kekerasan Rabu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.
Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.600 orang sejak awal tahun ini.
Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.
Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.
Penyerang bunuh 16 orang Syiah di Irak
Kamis, 5 September 2013 3:17 WIB 1056