Bengkulu (Antara Bengkulu) - Pusat Arkeologi Nasional Jakarta mengungkap hasil penggalian atau penelitian terhadap Benteng York, benteng pertama yang dibangun Inggris sekitar 1618 di Kota Bengkulu.
"Benteng ini berfungsi sebagai pertahanan sekaligus tempat tinggal para tentara Inggris," kata Peneliti Utama Pusat Arkeologi Nasional yang juga Koordinator Penelitian Benteng York, Prof. R. Naniek Harkantiningsih di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan hal itu saat sosialiasi hasil penggalian atau penelitian Benteng York yang terdapat di Kelurahan Pasar Bengkulu, Kecamatan Sungaiserut, Kota Bengkulu.
Hasil penggalian, ditemukan sejumlah pecahan guci, keramik buatan China abad 19 hingga 20, dan tembikar logam. Sebagian besar temuan itu, dalam kondisi hancur atau kepingan-kepingan.
Luas benteng tidak dapat diperkirakan dengan tepat, sebab saat ini sudah bermunculan bangunan baru di sekitar lokasi itu.
"Saat ini yang tersisa hanya sekitar 20 meter persegi, dan diperkirakan kompleks benteng lebih luas dari itu," katanya.
Ia mengatakan penggalian benteng untuk mengetahui tentang perniagaan dan pertahanan di Kota Bengkulu kala itu.
Dalam penelitian selama 10 hari itu, Pusat Arkeologi Nasional menurunkan 10 peneliti.
Hasil penelitian, kata dia, akan ditempatkan di Museum Bengkulu dan sebagian dibawa ke Jakarta.
"Karena setiap hasil penelitian kita harus ada sampel atau contoh di Arkenas," katanya.
Sosialisasi itu, diikuti sekitar 70 peserta berasal dari berbagai kalangan, antara lain Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata.
Naniek mengimbau masyarakat untuk berperan aktif menjaga warisan budaya di Bengkulu.
Arkenas, kata dia, tidak hanya melakukan penelitian terhadap peninggalan budaya, baik dalam bentuk artefak maupun ekopark, akan tetapi termasuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat tentang keanekaragamannya.
Benteng York atau Fort York merupakan pangkalan pertama yang didirikan oleh Inggris di Bengkulu.
Setelah membangun benteng itu, Inggris menamakan faktori dagang mereka di Bengkulu sebagai Garnizun EIC di Pantai Barat Pulau Sumatra atau "The Honourable East India Company`s Garrison on the West Coast of Sumatra".
Pada 1714, kondisi Benteng York menjadi kritis. Bangunan benteng dan barak-barak telah semakin rapuh, sedangkan air hujan secara terus-menerus membasahi ruangan tempat tinggal para penghuni.
Joseph Collet yang menjadi pimpinan garnizun di Bengkulu pada 1712, menarik kesimpulan bahwa Benteng York membutuhkan perbaikan besar dan lokasi benteng itu sebenarnya tidak tepat.
Pada 1712, Joseph Collet menulis surat kepada Dewan Direksi EIC untuk mengusulkan agar membangun benteng baru di tempat yang disebut Carrang atau dalam bahasa lokal disebut Ujungkarang.
Pembangunan benteng baru tersebut dimulai pada 1714 dan diberi nama Fort Marlborough yang hingga saat ini masih berdiri kokoh. (Antara)
Arkeolog ungkap hasil penggalian Benteng York
Selasa, 10 September 2013 16:56 WIB 4330