Bengkulu (Antara) - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bengkulu menyebutkan ada tiga sungai besar di daerah itu yang menjadi penampung limbah batubara dan terjadi pembiaran oleh pemerintah.
"Ada tiga sungai besar yang menjadi penampung limbah batubara dan tidak ada tindakan dari pemerintah daerah," kata Direktur Walhi Bengkulu, Beny Ardiansyah di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan, hasil investigasi Walhi Bengkulu, tiga sungai besar itu yakni Sungai Air Bengkulu, Sungai Air Seblat dan Sungai Air Ketahun. Berberapa perusahaan tambang mengeksploitasi batubara yang ada di hulu sungai.
Dua dari tiga sungai itu yakni Air Seblat dan Air Ketahun berada di Kabupaten Bengkulu Utara, sedangkan Sungai Bengkulu melintas dua kabupaten dan kota yakni Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu.
"Paling parah pencemarannya di Sungai Air Bengkulu karena penambangan batubara di hulu sungai yang masuk wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah sudah puluhan tahun," ucapnya.
Kerusakan Daerah Aliran Sungai Air Bengkulu menurutnya sudah berulangkali disuarakan masyarakat dan aktivis lingkungan di daerah itu.
Namun, hingga kini tidak ada tindakan konkret dari pemerintah daerah untuk menangani kerusakan itu, padahal lebih 6.000 warga Kota Bengkulu masih menikmati air PDAM yang bersumber dari air sungai tersebut.
"Kami tengah mengkaji untuk menuntut pemerintah atas pembiaran hancurnya DAS Air Bengkulu, juga terhadap perusahaan tambang batubara," ungkapnya.
Lebih lanjut Beny mengatakan bahwa pencemaran Sungai Air Bengkulu dapat disaksikan sehari-hari dengan kasat mata.
Bukti nyata adalah keberadaan ratusan pengumpul limbah batubara di aliran sungai itu, hingga ke perairan Pantai Jakat, Kota Bengkulu.
"Memang ada dugaan sebagian batubara yang ada di Pantai Jakat itu berasal dari proses bongkar dari kapal tongkang ke kapal besar di perairan Pulau Tikus," ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan negara sangat dirugikan dengan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas eksploitatif batubara di daerah itu.
Terutama akses masyarakat terhadap air bersih menjadi hilang dan kerugian lain yang timbul akibat tidak berfungsinya aliran sungai, seperti pendangkalan yang rawan menimbulkan bencana banjir.
Sementara Manajer PT Danau Mas Hitam Farizal Ansori saat dikonfirmasi tentang pencucian batubara di hulu Sungai Air Bengkulu mengatakan sudah menjalankan kaidah pengelolaan lingkungan.
"Memang yang lebih paham adalah tim teknis, tapi kami sudah membangun kolam-kolam untuk pengolahan limbah," katanya.