Bengkulu (Antara) - Para petani di Desa Talangtinggi Kecamatan Talo Kabupaten Seluma, Bengkulu tetap mempertahankan komoditas karet meski dalam enam bulan terakhir harganya bertahan rendah, Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram.
"Kami tetap sabar merawat karet, meski dalam enam bulan terakhir harganya bertahan rendah," kata Darman, salah seorang petani karet saat dihubungi di Bengkulu.
Ia mengatakan para petani di daerah itu belum berniat mengganti komoditas karet menjadi komoditas lain yang harganya saat ini bagus, seperti tanaman sawit.
Menurutnya, petani masih berharap harga karet akan membaik seperti sebelumnya yang mencapai harga Rp17 ribu per kilogram.
Sementara di Desa Talangbuai Kecamatan Selagan Raya Kabupaten Mukomuko, petani setempat menjual karet Rp5.000 per kilogram kepada pedagang pengumpul.
"Harganya masih bertahan rendah, di tingkat pengumpul hanya Rp5.000," kata Dendi, seorang petani di desa itu.
Tidak seperti di Kabupaten Seluma, warga di Desa Talangbuai sudah mulai mengganti tanaman karet menjadi sawit karena dianggap lebih menguntungkan.
Termasuk Dendi sudah mengganti tanaman karetnya seluas dua hektare menjadi tanaman sawit.
"Karena tidak jelas berapa lama harus ditunggu harga membaik, jadi kami tanam sawit saja," katanya.
Ia mengatakan beberapa petani di daerah itu sudah melakukan hal serupa, mengganti tanaman karet menjadi sawit.
Sementara sebagian lainnya yang mempertahankan perkebunan karet, memilih bekerja menjadi buruh lepas di salah satu perusahaan perkebunan swasta di sekitar desa mereka.
***2***