Bengkulu (Antara) - Wakil Gubernur Bengkulu Sultan B Najamudin mengimbau seluruh masyarakat di daerah itu, menggunakan pelindung saluran pernapasan berupa masker jika ingin melakukan aktivitas di luar rumah.
"Kabut asap dari Provinsi Sumatera Selatan, mulai menutupi wilayah Bengkulu, memang belum membahayakan masyarakat, namun untuk kesadaran diri sendiri, kita mengimbau agar (masyarakat) menggunakan masker," kata dia di Bengkulu, Selasa.
Menurut wakil gubernur, pihaknya saat ini sedang mendata setiap puskesmas di daerah itu, guna melihat apakah kabut asap yang sudah menyelimuti daerah itu sebulan terakhir berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.
"Kita sedang data, apakah kabut asap ini membuat masyarakat terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kalau ditemukan kasus, kita harus bergerak, pemerintah daerah tidak ingin kondisi kesehatan masyarakat menurun akibat ini, dan kami juga merencanakan akan melakukan tindakan penanggulangan termasuk membagikan masker, jika asap di Provinsi Bengkulu tidak reda," kata dia.
Terkait titik api, Sultan mengatakan, tidak ada pembakaran hutan di Provinsi Bengkulu, kabut asap yang menyelimuti daerah itu, merupakan kabut asap "kiriman".
"Kita tidak menemukan titik api di Bengkulu, sebelumnya ada satu titik yang disampaikan Bupati Kabupaten Kepahiang, tapi sudah dipadamkan, sekarang tidak diizinkan lagi pembakaran hutan untuk membuka lahan perkebunan, kalau ada bisa ditindak sesuai hukum," ucapnya.
Pada Senin (13/10) pada pembukaan Bulan Penanggulangan Risiko Bencana, di Bengkulu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif, mengungkapkan kebakaran hutan berkepanjangan dapat menghancurkan generasi bangsa.
"Bagi generasi muda yang sekolah, bisa terhambat kegiatan belajar mengajar, lebih bahaya lagi jika ibu hamil menghirup asap, maka generasi muda kita yang akan dilahirkan nanti, bisa idiot," kata dia.
Ia mengatakan, asap dari kebakaran hutan juga menyebabkan berbagai macam penyakit baik infeksi saluran pernapasan atas, berikut dengan turunan penyakit tersebut.
"Sejumlah wilayah di Indonesia sudah mulai ditutupi kabut asap tebal, (dikhawatirkan) berlangsung sampai November," kata dia.
Menghirup kabut asap dalam waktu yang panjang, menurut dia, memperbesar risiko melemahnya kondisi kesehatan masyarakat.
"Kami dari pusat mengirimkan bantuan penanggulangan, namun intinya adalah daerah, karena daerah yang paling tahu tentang ini (penyebab kebakaran)," katanya.
Langkah terpenting untuk menghentikan kebakaran hutan tersebut, kata Kepala BNPB itu, yakni keseriusan pemerintah daerah dalam menegakkan hukum. ***3***