Ritual "kolano uci sabea toma sigi" itu digelar pada malam qunut atau malam 15 Ramadhan itu, Sultan Ternate turun dari Kedaton Kesultanan untuk sembahyang di Masjid Kesultanan Ternate dengan diusung di atas tandu oleh pasukan adat dengan iringan tabuhan gamelan berusia ratusan tahun.
Ritual kolano uci sabea toma sigi itu membawa pesan toleransi antarumat beragama, karena orang yang mengusung Sultan Ternate dari kedaton ke masjid beragama nasrani, yang merupakan salah satu elemen dalam masyarakat adat setempat.
Ritual lainnya yang juga digelar selama Ramadhan di Masjid Kesultanan Ternate adalah ela-ela pada malam 27 Ramadhan yang merupakan ritual untuk menyambut turunnya lailatul qadar, karena masyarakat Kesultanan Ternate sejak zaman dahulu meyakini lailatil qadar turun pada malam 27 Ramadhan.
Dalam ritual ela-ela itu, dari Kedaton Kesultanan Ternate sampai ke Masjid Kesultanan Ternate, termasuk di seluruh kampung di Kota Ternate, dipenuhi dengan obor dan lampion sebagai ekspresi suka cita masyarakat Ternate dalam menyambut turunnya lailalul qadar.
Bangunan Masjid KesultananTernate juga tidak kalah uniknya, bahkan Seorang budayawan di Ternate, Riswan melukiskan sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia yang sarat dengan makna simbolik, misalnya dari segi struktur bangunan tangga dan atap masjid.
Struktur tangga Masjid Kesultanan Ternate terdiri atas tujuh undakan dan atapnya tujuh tingkat yang menggambarkan simbol dari tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit, begitu pula tiang utama di tengah masjid atau dikenal dengan nama tiang alif sebanyak empat tiang menggambarkan empat sahabat Rasulullah.
Di dalam Masjid Kesultanan Ternate ada bilik khusus tempat Sultan Ternate melaksanakan shalat sementara di mimbar ada tirai dan sepasang tombak, yang tidak dapat disaksikan pada masjid lainnya di Indonesia, termasuk di negara-negara Islam di Timur Tengah.
Wali Kota Ternate Tauhid Soleman menyebut Masjid Kesultanan Ternate yang telah tercatat sebagai cagar budaya itu sebagai salah satu tujuan wisata religi yang selama ini diandalkan untuk menarik kunjungan wisatawan, terutama pada Bulan Ramadhan.
Di kawasan Masjid Kesultanan Ternate terdapat makam para Sultan Ternate, sehingga wisatawan yang berkunjung di masjid itu, selain menyaksikan berbagai keunikannya, juga bisa ziarah di makam para sultan, yang pada masa kolonial memiliki jasa besar dalam upaya mengusir para penjajah.
Pemkot Ternate selama ini selalu mendukung semua program yang arahnya untuk mengembangkan dan melestarikan kearifan lokal yang ada di Kesultanan Ternate, termasuk yang terkait dengan tradisi dan berbagai kegiatan ritual di Masjid Kesultanan Ternate.